Mafia beras itu ada dan harus diberantas, itu harus kita lakukan. Kita harus lawan, dan harus kita bersihkan
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah akan memberantas mafia beras, karena harga kebutuhan pokok masyarakat tersebut terus mengalami kenaikan 30 persen kendati operasi pasar telah dilakukan sejak Desember 2014.
"Mafia beras itu ada dan harus diberantas, itu harus kita lakukan. Kita harus lawan, dan harus kita bersihkan," kata Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel, dalam jumpa pers di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat.
Kecurigaan tersebut, lanjut Rachmat, akibat masuknya beras Bulog khususnya di Pasar Induk Beras Cipinang dalam waktu beberapa hari terakhir yang mencapai 1.800 ton, sementara dari gudang Bulog sendiri tidak ada pengiriman.
"Saya mendapatkan laporan beras yang masuk bukan dari gudang Bulog, siapa yang memasukkan beras tersebut. Sampai saat ini sudah 1.800 ton, itu terjadi sejak awal Februari 2015," ujar Rachmat.
Pemerintah pada Desember 2014 sampai dengan Januari 2015 telah melakukan operasi pasar, kurang lebih sebanyak 75.000 ton beras Bulog disalurkan namun masih belum bisa menurunkan harga kebutuhan pokok tersebut.
Pada Februari 2015, pemerintah akhirnya menurunkan satgas untuk segera mendistribusikan beras Bulog langsung ke masyarakat, melalui 12 titik pasar rakyat dan 50 titik permukiman di Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi.
"Kita menggunakan satgas, karena langsung ke masyarakat. Karena saat dilihat, skenario dengan menggunakan sebelumnya kurang efektif, apakah sistemnya harus diubah. Kita akan audit sistem yang ada selama ini," kata Rachmat.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bulog Leni Sugihat menyatakan bahwa sejak Desember 2014 lalu, Bulog sudah melakukan operasi pasar yang bertujuan untuk melakukan pengendalian dan stabilisasi harga beras.
Skema operasi pasar tersebut memiliki tiga cara, yang pertama adalah berdasarkan permintaan pemerintah daerah yang disalurkan Pasar Induk Cipinang melalui kios-kios, kedua kerja sama dengan PD Pasar Jaya, dan yang terakhir dilakukan oleh satgas Bulog sendiri.
"Kami memantau di DKI Jakarta, sejak Desember 2014--Januari 2015 kita sudah keluarkan lebih dari 75.000 ton beras dalam rangka OP. seharusnya harga tidak naik, akan tetapi saat dicek di pasar, tidak ada beras dengan harga Rp7.400 per kilo," kata Leni.
Terkait dengan dugaan Delivery Order (DO) yang disalahgunakan oleh oknum Bulog, Leni menyatakan pihaknya tidak akan memberikan toleransi jika terbukti ada permainan. Seluruh sistem yang ada di Bulog akan dievaluasi.
"Jika dalam tubuh Bulog ada indikasi itu (permainan) akan saya kejar. Saya sudah sampaikan pada jajaran Bulog kalau tidak ada toleransi untuk kejahatan. Kalau ada yang terlibat akan diproses hukum," ujar Leni.
Harga beras terus mengalami kenaikan, di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Selatan, kenaikan bahan kebutuhan pokok masyarakat tersebut mencapai 30 persen. Harga beras Bulog sendiri seharusnya dijual sebesar Rp7.400 per kilogram.
Namun, beras Bulog tersebut tidak ada di pasaran kendati beberapa waktu lalu Bulog sudah melakukan operasi pasar dan menyalurkan beras kurang lebih mencapai 75.000 ton.
Pemerintah menilai skema yang dilakukan Bulog pada Desember 2014 hingga Januari 2015 lalu tidak mampu meredam kenaikan harga beras dan pada akhirnya penyaluran dilakukan oleh satgas Bulog ke 12 pasar rakyat dan 50 titik permukiman di Jabodetabek.
(V003)
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015