Jakarta (ANTARA News) - Seorang penumpang maskapai penerbangan Lion Air yang telantar hingga sekitar 12 jam di Bandara Soekarno-Hatta, Jumat siang, Melva Borneo (48), kesal karena tidak diperlakuan secara manusiawi oleh maskapai itu.
"Telantar puluhan jam, tidak mendapat makan, tidak mendapat penggantian penginapan, pengumuman penyebab penundaan juga tidak jelas. Penumpang yang akan mengalihkan penerbangan juga diperlakukan seperti teroris," kata Melva kepada Antara di Jakarta, Jumat.
Melva menceritakan berangkat dari Batam menuju Bali pada Kamis (19/2) menggunakan Lion Air pukul 10:50 WIB. Penerbangan dari Batam terlambat sekitar 2 jam dan baru tiba di Soekarno-Hatta sekitar pukul 13:00 WIB.
Selanjutnya penerbangan transit dari Bandara Soekarno Hatta ke Denpasar yang dijadwalkan pukul 18:55 WIB dinyatakan delay dalam waktu tidak ditentukan.
Menurut perempuan asal Tapanuli Utara ini, pengalamannya serupa ini dialami pula ribuan penumpang Lion Air lainnya yang akan terbang ke sejumlah daerah tujuan.
Ketika pihak maskapai Lion Air memberikan opsi "refund (pengembalian dana) tiket, ternyata opsi ini hanya dapat diuangkan di daerah tempat awal asal pemberangkatan penumpang.
Berhubung waktu yang sempit karena harus menjalankan tugas menghadiri pelantikan hakim tinggi di Pengadilan Negeri, Denpasar, Jumat pagi tadi), Melva sekitar pukul 03:30 WIB memutuskan mengalihkan penerbangan ke maskapai AirAsia.
"Kebijakan refund Lion Air juga mengecewakan karena tidak menjadi solusi karena jadwal pekerjaan di Denpasar menunggu, akhirnya saya memilih beralih menggunakan AirAsia, dan berangkat pukul 06:30 WIB," ujar dia.
Dalam kondisi capek dan hati dongkol, ia mengisahkan pengalaman buruk ketika hendak membeli tiket di loket AirAsia. Saat calon penumpang berada di meja loket AirAsia berhadapan dengan sejumlah penumpang Lion Air yang ketika itu berunjuk rasa menuntut kejelasan pemberangkatan.
Penumpang Lion Air tidak terima jika Air Asia berangkat, sebelum masalah keterlambatan Lion Air diselesaikan.
Demikian juga ketika akan dialihkan dari Terminal 3 ke Terminal 2 F menggunakan bus transit, calon penumpang AirAsia harus terlebih dahulu melalui lorong tertentu.
"Kami sudah seperti teroris, digiring. Mengendap-endap dan lari terburu-buru menuju bis transit terminal sambil mendapat teriakan dari penumpang Lion Air yang masih kesal. Sangat tidak manusiawi," tegasnya.
Belum ada komentar pihak maskapai Lion Air mengenai keluhan penumpangnya seperti diutarakan Melva Borneo ini.
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015