Rencana, yang diperdebatkan sebelum terjadinya penembakan-penembakan akhir pekan, itu akan membuat dinas-dinas intelijen mengawasi lebih baik para warga negara Denmark yang bepergian ke luar negeri untuk berperang bersama kelompok Negara Islam. Rencana itu juga mengincar praktek radikalisasi para narapidana di penjara-penjara.
"Kita ingin memperkuat kemampuan kita dalam mengumpulkan dan menganalisa (informasi) soal perencanaan teror di luar negeri," kata Perdana Menteri Helle Thorning-Schmidt saat jumpa pers.
"Kita ingin memastikan bahwa dinas intelijen mampu memantau warga-warga Denmark yang bepergian ke luar negeri dalam rangka mengambil bagian pada kegiatan-kegiatan beraliran garis keras."
Hampir setengah dari jumlah dana yang dianggarkan pada rencana empat tahun itu akan dikeluarkan bagi program intelijen militer, yang sebagian besar memusatkan perhatian pada aktivitas-aktivitas di luar negeri.
Secara keseluruhan, sudah 110 warga Denmark yang berangkat ke Suriah untuk bertempur dalam perang saudara. Keterlibatan itu membuat Denmark menjadi negara kedua terbesar di Eropa yang menjadi sumber pemunculan pejihad petempur di Timur Tengah setelah Belgia.
Banyak di antara mereka diyakini sudah kembali setelah bergabung dengan para pejihad.
Denmark mengalami guncangan setelah terjadinya penembakan-penembakan di Kopenhagen, yang mengincar pertemuan bertema kebebasan berpendapat dan Islam serta sinagoga (tempat ibadat kaum Yahudi) utama di ibu kota negara itu.
Tersangka pria bersenjata (22 tahun), warga Denmark keturunan Palestina yang diidentifikasi sebagai Omar El-Hussein, ditembak hingga tewas oleh polisi pada Minggu dini hari, demikian AFP.
(Uu.T008)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015