Jakarta (ANTARA News) - Seorang jamaah calon haji asal Tegal Alur, Kampung Menceng, Cengkareng, Jakarta Utara, Suharto bin Martoprawiro (51), harus menyimpan harapannya berangkat ke Tanah Suci akibat kondisi kesehatannya dinilai tidak memungkinkan pasca menjalani transplantasi ginjal. "Sudah dua tahun berturut-turut saya gagal naik haji hanya karena tidak mendapat suntikan vaksinasi meningitis," kata pria yang akrab disapa Harto itu, di Jakarta, Rabu. Suharto tercatat sebagai anggota rombongan jamaah calon haji kloter 18 JKG yang sampai di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, pada Rabu (6/12). Menurut rencana, kloter 18 itu akan diberangkatkan pada Kamis (7/12). Namun, pada cek kesehatan yang dilakukan di Embarkasi Pondok Gede, Jakarta, dokter menyatakan pria yang berprofesi sebagai wiraswatawa itu tidak memenuhi syarat kesehatan karena belum mendapat suntikan vaksinasi meningitis. Pria kelahiran Klaten, 25 Desember 1955 itu, mengatakan, setahun silam sempat juga mendaftar untuk berhaji bersama istrinya tetapi dirinya gagal di tes kesehatan sedangkan istrinya terpaksa berangkat sendiri. Menurut Harto, syarat mendapatkan suntikan meningitis sangat berat untuk dirinya karena suntikan tersebut mempunyai kontraindikasi dengan obat ginjal yang hingga kini masih dikonsumsinya. Pada pertengahan 2005, Harto menjalani operasi transplantasi ginjal di Guang Zo, Cina, karena organ ginjalnya mengalami kerusakan dan menghabiskan biaya hingga Rp300 juta. "Yang membuat saya kecewa justru kenapa sudah sampai sejauh ini saya baru dinyatakan terancam gagal berangkat sedangkan di tes kesehatan awal di Sudinkes saya justru direkomendasikan khusus," katanya. Ia mengatakan, dirinya mendapat rekomendasi khusus dari Kepala Sub Dinas Kesehatan Jakarta Utara yang menyatakan kondisi kesehatannya terpantau baik meskipun tidak mendapat suntikan meningitis. Oleh karena itu, selama ini ia mengaku tidak mendapat ganjalan apapun hingga proses tes kesehatan tahap akhir di embarkasi. "Kalau memang keputusan akhirnya saya tidak jadi berangkat saya ikhlas kok. Mungkin jalan hidup saya memang harus seperti ini dan saya akan memberikan biaya haji saya pada yang berhak," katanya. Harto mengatakan, telah bertekad dan menata hati untuk menerima kemungkinan terburuk dan berupaya menjalankan ibadah dengan cara lain. Sementara itu, dokter yang tergabung dalam Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI), Dr Cut Yuli, mengatakan, vaksinasi meningitis diwajibkan kepada semua calon haji tanpa pandang bulu. Menurut Yuli, hal itu dilakukan untuk menghindari kemungkinan calon haji tertular penyakit wabah dari jamaah haji lain yang bisa menyebabkan bencana nasional. "Ini bentuk antisipasi saja, sebab di sana tumpah ruah orang dari berbagai tempat dan otomatis jenis penyakitnya juga ribuan. Jadi harus ada upaya preventif agar calon haji kita tidak mudah tertular penyakit," katanya.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006