Jakarta (ANTARA News) - Kendala utama jamaah calon haji wanita gagal berangkat adalah kehamilan triwulan pertama yang dinilai masih rawan, kata salah satu anggota Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI). "Kami dari tim dokter harus tegas untuk melarang keberangkatan calon haji perempuan yang kedapatan hamil triwulan pertama," kata Dr Cut Yuli, di Jakarta, Rabu. Ia mengatakan, kehamilan pada tiga bulan pertama merupakan masa-masa bagi perempuan untuk mengurangi aktivitas berlebihan untuk menekan risiko keguguran janin. Menurut dia, perempuan yang hamil tiga bulan pertama harus banyak beristirahat dan memantau kesehatan dengan teratur. "Ini hampir tidak mungkin dilakukan di tanah suci dan justru akan merepotkan dokter kloter," katanya. Yuli mengatakan, petugas medis yang akan mendampingi tiap-tiap kloter (rombongan haji yang terdiri dari 455 orang) akan mendapat tugas tambahan yang berat kalau ada salah satu calon haji mengalami kehamilan triwulan pertama. Oleh karena itu, pihaknya selalu menyarankan penundaan keberangkatan bagi calon haji perempuan yang ternyata hamil pada bulan-bulan pertama. "Karena itu lebih sering, hamil dianggap sebagai kendala utama seseorang gagal berangkat haji," katanya. Selain alasan menjaga janin, penundaan calon haji perempuan yang hamil biasanya karena tidak memenuhi syarat vaksinasi meningitis. Padahal semua calon haji diwajibkan untuk mendapat suntikan vaksinasi meningitis tanpa pandang bulu untuk menghindari kemungkinan tertular penyakit wabah dari jamaah haji lain yang bisa menyebabkan bencana nasional. "Vaksinasi meningitis itu bisa menyebabkan bayi dalam kandungan terlahir cacat. Jadi biasanya tidak akan disuntikan pada ibu hamil," katanya. Sebab-sebab lain yang menjadi kendala calon haji gagal berangkat adalah penyakit stroke, tuberculosis, hipertensi, diabetes mellitus, lepra, pasien pasca transplantasi ginjal, gangguan paru-paru risiko tinggi, dan sirosis hati.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006