Pendaftaran untuk evakuasi WNI dari Yaman sudah dibuka sejak kemarin
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri akan segera mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Yaman akibat situasi politik yang kurang kondusif di negara tersebut.
"Pemerintah RI sudah siapkan rencana evakuasi WNI di Yaman. Menurut laporan KBRI di Sana'a, kondisi kehidupan di sana masih relatif normal, tetapi secara politik di sana cukup rawan," kata Koordinator Satgas Pemulangan WNI dari Yaman Gatot Abdullah Mansyur di Jakarta, Rabu.
Menurut Gatot, ada sekitar 4.000 WNI berada di Yaman, dan 100 di antaranya berada di Sana'a, yakni ibu kota Yaman yang paling terkena dampak situasi politik di sana.
Dia pun mengatakan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Sana'a sudah mengimbau para WNI untuk selalu berhati-hati.
KBRI juga telah mengeluarkan peringatan agar setiap WNI yang berada di Yaman tidak terlibat dalam politik praktis setempat, tidak mengunjungi tempat demonstrasi, dan tidak menghadiri acara politik.
Ia pun mengatakan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi sudah memberi instruksi kepada KBRI di Sana'a untuk mengumumkan rencana evakuasi itu kepada WNI di Yaman.
"Artinya, pemerintah sudah canangkan untuk evakuasi WNI jika situasi memburuk. Maka bagi WNI di Yaman yang merasa sudah tidak aman dan nyaman diminta segera mendaftarkan diri ke KBRI untuk evakuasi," tutur dia.
"Pendaftaran untuk evakuasi WNI dari Yaman sudah dibuka sejak kemarin. Pemerintah akan memulangkan WNI di sana berapa pun jumlahnya walaupun harus dicicil," lanjutnya.
Namun, Gatot mengaku tantangan utama yang harus dihadapi oleh Kemlu dan KBRI dalam rencana evakuasi itu adalah memberikan informasi kepada beberapa WNI yang cenderung sulit dijangkau atau sulit memperoleh akses informasi.
Menurut dia, setidaknya sudah ada dua langkah awal yang telah disiapkan dalam rencana evakuasi itu.
Pertama, KBRI sudah mulai mengidentifikasi dan membentuk beberapa safe house (tempat perlindungan) bagi para WNI di Yaman, seperti Wisma Duta, Kantor KBRI, dan Kantor Sekretariat Persatuan Pelajar Indonesia (PPI).
Kedua, KBRI di Sana'a sudah memulai memetakan rute-rute yang aman untuk dilalui dan moda transportasi yang aman untuk digunakan dalam proses pemulangan ke Indonesia.
"Yang paling ideal memang sepetinya memakai pesawat, dengan penerbangan Sana'a-Jakarta, dan itu sifatnya one way ticket (penerbangan sekali jalan) ke Indonesia," ungkap Gatot.
Dia pun menyebutkan bahwa sampai saat ini pemerintah belum bisa menentukan batas waktu untuk evakuasi karena situasi yang belum jelas di Yaman.
"Sekarang belum bisa dihitung batas waktunya karena sampai sekarang belum ditetapkan situasi darurat siaga satu," kata dia.
"Dan bagi mereka yang tidak bersedia dipulangkan ke Indonesia maka akan diminta pernyataan bahwa keinginan tinggal itu atas permintaan mereka sendiri," tambah dia.
Sejak September 2014 situasi politik dan keamanan di Yaman kurang kondusif. Sebanyak 12 kantor perwakilan asing di Yaman sudah ditutup oleh masing-masing negara.
Pewarta: Yuni Arisandy
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015