Moskow (ANTARA News) - Kementerian Pembangunan Ekonomi Rusia pada Senin mengatakan negara itu akan memasuki penurunan atau resesi ekonomi yang berkepanjangan pada 2015.
Produk Domestik Bruto (PDB) Rusia mungkin mencapai 2,1 persen jika paket anti-krisis pemerintah diimplementasikan seperti yang diharapkan, yaitu 0,9 persen kurang dari perkiraan dasar, menurut kementerian tersebut, lapor Xinhua.
Sementara itu, dinamika produksi Rusia juga akan jatuh di bawah pengaruh negatif dari kontraksi pendapatan ekspor produk-produk energi serta pasar modal dunia menolak perusahaan-perusahaan Rusia.
Data yang dirilis juga menunjukkan bahwa defisit anggaran konsolidasi Rusia diperkirakan 4,6 persen dari PDB, dengan defisit anggaran federal sebesar 3,8 persen serta defisit bersih sektor minyak dan gas di 11. 5 persen.
Menurut laporan yang diterbitkan di situs internet kementerian itu, inflasi tahun ini bisa melebihi perkiraan resmi 12,4 persen dan mencapai 15,8 persen.
Kecepatan tertinggi inflasi konsumen diharapkan pada Maret-April, ketika harga konsumen akan tumbuh hingga 2,3 persen per bulan. Inflasi bulanan akan melambat menjadi satu persen setelah itu.
Namun, laporan ini memperingatkan risiko inflasi tetap melaju cepat, karena masih ada ruang untuk potensi depresiasi rubel akibat pembatasan impor pangan yang diberlakukan oleh pemerintah Rusia sebagai respon terhadap sanksi-sanksi Barat.
Sementara itu, kementerian memperkirakan bahwa tingkat pengangguran pada 2015 bisa mencapai enam persen karena usaha kecil kemungkinan akan memberhentikan pekerjanya serta usaha menengah dan besar menghentikan pembaruan personilnya saat ini.
Ekonomi Rusia telah menderita karena tekanan dari sanksi Barat dan menurunnya harga minyak global. Dalam rangka menghadapi kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan, pemerintah Rusia pada Januari menerbitkan rencana penghematan anti-krisis.
(T.A026)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015