Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar-bank, Rabu pagi, menguat mendekati Rp9.100 per dolar AS menjadi Rp9.105/9.110 dibandingkan dengan posisi penutupan hari sebelumnya pada Rp9.115/9.145. "Menguatnya rupiah terhadap dolar AS dipicu oleh aksi lepas dolar AS oleh eksportir Jepang diikuti pelaku lokal, sehingga mata uang asing itu turun tajam," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Rabu. Menurut dia, para eksportir melepas dolar AS, setelah adanya kekhawatiran bahwa ekonomi AS akan makin terpuruk, namun dugaan tersebut agak berkurang, setelah data sektor pelayanan AS yang menguat diluar perkiraan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi AS masih lebih baik dari perkiraan sebelumnya, namun aksi lepas dolar AS di pasar sudah terjadi, katanya. Aksi lepas dolar AS itu juga mengakibatkan posisi yen sempat mencapai 114 yen/dolar, namun kemudian membaik hingga di posisi 115 yen ke atas, ujarnya. Kenaikan rupiah itu, lanjutnya, juga didukung oleh membaiknya pasar saham Asia, seperti indeks Nikkei, Jepang naik 0,05 persen, dan indeks SP/ASX 200, Australia, 0,45 persen. Namun, faktor utama kenaikan rupiah itu didukung menjelang Rapat Dewan Gubernur (RPG) Bank Indonesia yang pada Kamis nanti akan bersidang untuk kembali menurunkan BI Rate yang saat ini mencapai 10,25 persen, katanya. Karena itu, perburuan rupiah terus terjadi yang menunjukkan bahwa makin stabilnya mata uang lokal itu di pasar domestik dan faktor fundamental ekonomi Indonesia makin membaik. Meski demikian, Bank Indonesia (BI) tetap harus mewaspadai pergerakan rupiah yang menguat dan dikhawatirkan akan menimbulkan koreksi yang cukup tajam pada akhirnya, tuturnya. Rupiah, menurut dia pada penutupan sore nanti diperkirakan akan tetap menguat hingga menembus level Rp9.100 per dolar AS, melihat sentimen positip pasar cukup besar. Namun, kenaikan yang cukup cepat itu harus dipantau lebih jauh untuk mengantisipasi hal yang terburuk bagi pergerakan mata uang lokal itu, katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2006