Doha (ANTARA News) - Dari tujuh cabang olahraga yang diikuti kontingen Indonesia pada hari kelima Asian Games 2006 Doha, Selasa, hanya cabang rowing yang membangkitkan harapan. Harapan timbul melalui Pere Karoba di nomor single scull dan nomor empat pedayung (Thomas Hallatu, Iswandi, Jamaluddi, Sumardi) yang lolos ke final. Mereka akan bertarung untuk menjadi yang terbaik pada pertandingan final, Kamis (7/12). Pada pertandingan yang berlangsung di West Bay Lagoon, barat ibukota Doha itu, Ella, sapaan Pere Karoba, menempati posisi kedua di semifinal A/B 2 dengan catatan waktu tiga menit 50,31 detik. Meski catatan waktunya terpaut cukup jauh dari peringkat pertama Jin Ziwei asal Cnina yang mencatat waktu tiga menit 32,52 detik, atau lebih cepat 24,69 detik dari atlet asal Papua itu, setidaknya Pere Karoba bisa menambahkan perolehan medali. Sejak kontingen Indonesia meraih satu emas dan perak melalui Ryan Lalisang dan Putty Armien, Minggu, sudah dua hari tidak ada tambahan medali, perunggu sekali pun. Pere Karoba memang membutuhkan perjuangan ekstra untuk meraih medali karena ia akan bersaing dengan tiga atlet lainnya yang waktunya jauh lebih baik, yaitu Pedayung Thailand, Phuttharaksa Nikree (3:38,67), dan Ai Fukuchi dari Jepang (3:39,63. "Pada awalnya saya tidak mengira bisa lolos ke final karena lawan sangat kuat. Saya hanya berusaha keras dan Puji Tuhan saya berhasil," kata atlet putri asal Papua itu usai pertandingan. Sukses Pere diikuti rekan-rekannya di nomor empat pedayung (M-4) 1000 meter, yaitu Thomas Hallatu Sumardi, Jamaluddin, dan Iswandi. Di final merekan bertarung menghadapi China, India dan Jepang. Meski belum menghasilkan medali, apa yang diperlihatkan Pere Karoba dan keempat rekannya setidaknya sedikit mengobati kekecewaan kontingen Indonesia, karena dari tiga pertandingan final yang diikuti, tidak satu pun yang menyumbang medali, yaitu balap sepeda, angkat besi dan boling. Tonton Sutanto yang turun di nomor Individual Time Trail (ITT) di Al-Khor, sekitar 50 km barat ibukota Doha, terpuruk diperingkat ke-10, lebih buruk dari peringkat keempat waktu di Asian Games 2002 Busan. "Habis bagaimana lagi, memang itulah hasil yang bisa dicapai. Lawan memang sangat tangguh dan sulit dikalahkan, terutama dari China dan negara pecahan Soviet," kata pria asal Ciamis itu usai pertandingan. Menurut manajer Sofyan Ruzian, faktor usia merupakan salah satu penyebab melorot prestasi pembalap yang sudah berusia 34 tahun itu. "Harus bagaimana lagi. Sampai saat ini masih belum muncul atlet-atlet muda usia yang bisa menggantikan Tonton. Saat ini ia masih yang terbaik yang kita punya," katanya tanpa semangat. Di cabang angkat besi, lifter putri Sinta Darmariani yang turun di kelas 75 kg, juga memupuskan harapan PB PABBSI untuk menyumbangkan medali, menyusul kegagalan Lisa Rumbewas, Eko Yuli Irawan, dan Triyatno. Sinta gagal menyumbangkan medali karena hanya menempati peringkat keempat dengan total angkatan 130kg. Meski gagal meraih medali, setidaknya lifter kelahiran Denpasar 22 Desember 1986 itu telah memenuhi target masuk empat besar. "Saya dari awal memang sudah merasakan bahwa tidak akan mungkin bisa menyumbangkan medali, karena lawan yang dihadapi merupakan lawan yang menyandang gelar juara Dunia seperti dari China dan juara SEA Games Filipina dari Myanmar itu. Bahkan lifter Korea juga merupakan lifter terkuat di Asia. Tapi ini bukan alasan saya kalah karena kemampuan saya memang masih terbatas," kata Sinta Darmariani usai pertandingan. Cabang boling yang saat ini menjadi satu-satunya cabang penyumbang medali emas dan perak, sampai saat berita ini diturunkan masih bertanding di nomor trio putra dan putri dan masih berada di luar lima besar, sehingga diperkirakan sulit untuk menambah perolehan medali. Sepaktakraw yang sejak dua hari lalu sudah memastikan medali perunggu karena lolos ke semifinal, gagal memperbaiki warna medali menjadi perak setelah di pertandingan semifinal dikandaskan Malaysia 3-0. (*)
Copyright © ANTARA 2006