Surabaya (ANTARA News) - Tujuh Duta Besar Eropa untuk Indonesia menemui Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Hotel Majapahit Surabaya, Jumat, untuk berdiskusi lebih mendalam terkait perkembangan kota ini.
"Kedatangan kami ke sini (Surabaya) mengemban misi penjajakan kemungkinan mempererat hubungan kerja sama antara Kota Surabaya dengan kota-kota di kawasan Uni Eropa," kata Dubes Uni Eropa Olof Skoog.
Pertemuan itu dihadiri Dubes Republik Ceko Tomas Smetanka, Dubes Irlandia Kyle O Sullivan, Dues Belgia Patrick Hermann, dan Dubes Austria Andreas Karabaczek. Selain itu juga dubes Polandia Tadeusz Szumowski, Dubes Uni Eropa Olof Skoog, dan utusan diplomatik Swedia Eddy Fonyodi.
Menurut Olof Skoong, Indonesia merupakan partner strategis bagi Uni Eropa dan Surabaya termasuk kota yang perkembangannya paling pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya penghargaan dari dunia internasional kepada ibu kota provinsi Jawa Timur.
"Kami semua beruntung bisa bertatap muka dengan Wali Kota Surabaya. Oleh karenanya, kesempatan ini tak mungkin disia-siakan. Ini peristiwa berharga untuk mengenal kota ini lebih mendalam lagi," ujarnya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengawali penjelasannya dengan komitmen Surabaya menjadi kota jasa dan perdagangan yang mampu bersaing dengan kota-kota lain di dunia.
Untuk merealisasikan visi itu, kata Risma, pihaknya perlu membangun kualitas manusia terlebih dulu. Caranya dengan berbagai fasilitasi di bidang pendidikan dan kesehatan.
Pertemuan yang berlangsung selama kurang lebih 90 menit itu berlangsung dua arah. Satu per satu dubes mengajukan pertanyaan guna menggali lebih dalam informasi yang disampaikan Risma. Termasuk kemungkinan Surabaya menambah hubungan sister city dengan kota di Uni Eropa.
"Surabaya tergolong kota di Indonesia yang paling banyak menjalin sister city dengan kota-kota di Eropa," terang Risma.
Dia menyatakan, Surabaya membidik Kota Pelabuhan di Eropa, yakni Antwerp di Belgia. Sayang, hubungan kerja sama belum bisa terealisasi. "Kami berharap bisa kerja sama dengan Antwerp, tapi mungkin ada kebijakan lokal di sana yang belum memungkinkan terlaksananya kerja sama. Saya sendiri juga tidak tahu, itu kewenangan mereka," ujarnya.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015