Suva (ANTARA News) - Panglima militer Fiji, Selasa, menyatakan militer telah mengambilalih kekuasaan atas negeri itu, sehingga negara pulau di Pasifik Selatan tersebut terperosok ke dalam kudeta keempat dalam 20 tahun.
"Sampai sekitar pukul enam malam ini militer telah mengambil-alih kekuasaan untuk mengelola pemerintah dan negara," kata Komodor Frank Vorege Bainimarama pada suatu takliamt di ibukota negeri itu, Suva.
Bainimara telah berulangkali mengancam akan menggulingkan pemerintah Perdana Menteri Laisenia Qarase, yang meraih masa jabatan lima-tahun kedua pada Mei, dan menyatakan pemerintah melakukan korupsi dan lunak pada mereka yang berada di balik kudeta di Fiji pada 2000.
Tentara bersenjata lengkap telah memasang perintang jalan di sekitar Suva dan mengempung kediaman Perdana Menteri. Qarase, Selasa pagi, mengatakan ia dikenakan tahanan rumah.
Tak lama setelah Qarase mengeluarkan pernyataan tersebut, Perdana Menteri Selandia Baru Helen Clark mengatakan presiden Fiji telah membubarkan parlemen dan mensahkan pencopotan Qarase.
"Saya telah diberitahu pagi ini bahwa presiden Fiji telah bertindak di luar wewenang konstitusionalnya dan mendukung pencopotan perdana menteri oleh militer," kata Clark dalam suatu pernyataan kepada parlemen Selandia Baru.
Militer bersenjata lengkap juga telah memasang penghalang jalan di berbagai kota kecil Fiji seperti Nadi, objek wisata di sebelah barat pulau utama Viti Levu. Qarase terkucil di kediamannya di Suva, Selasa, sementara tentara mengepung rumahnya.
Bainimara berikrar pengambil-alihan tersebut takkan berlaku selamanya.
Ia menyatakan ia melakukan tindakan setelah Perdana Menteri itu gagal hadir dalam pertemuan dengan presiden negeri tersebut, Selasa.
"Kebuntuan ini telah memaksa saya bertindak dan militer telah mengambil-alih kekuasaan," katanya dikutip Reuters.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006