Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi bergerak melemah sebesar 41 poin menjadi Rp12.842 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.801 per dolar AS.
"Pelemahan mata uang rupiah masih dipicu oleh terjaganya sentimen negatif dari Yunani mengenai masalah utangnya," kata ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, di Jakarta, Jumat.
Ia memperkirakan bahwa mata uang rupiah masih bertahan di sepanjang kuartal pertama 2015 ini. Namun, pada akhir pekan ini (Jumat, 13/2) pelemahan rupiah berpeluang mereda menyusul dolar AS yang turun akibat penjualan ritel Amerika Serikat yang menurun serta klaim pengangguran yang diumumkan naik.
Di sisi lain, lanjut dia, angka rasio neraca transaksi berjalan Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang akan diumumkan diperkirakan membaik sehingga dapat menopang rupiah untuk kembali bergerak menguat.
Terpantau, pada pukul 10.00 WIB, nilai tukar rupiah berbalik arah atau menguat sebesar 30 poin menjadi Rp12.771 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.801 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengemukakan bahwa berdasarkan laporan Departemen Perdagangan Amerika Serikat, penjualan ritel AS turun 0,8 persen di Januari, dibandingkan ekspektasi sebesar 0,4 persen. Data tenaga kerja AS juga dilaporkan mengecewakan dengan penambahan klaim pengangguran menjadi 304.000.
"Optimisme terhadap ekonomi AS sedikit menurun setelah data menunjukkan melemah dari perkiraan," katanya.
Meski demikian, lanjut dia, kecemasan terkait krisis utang Yunani masih dapat mendorong permintaan mata uang safe haven seperti dolar AS kembali meningkat.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015