Jakarta (ANTARA News) - Wakil Menteri Luar Negeri Abdurrahman Mohammad Fachir mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara muslim terbesar harus berperan dalam meluruskan pemahaman dunia mengenai Islam, yang sering diidentikkan dengan pengrusakan.
Terlebih, menurut dia, Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memiliki keberagaman namun mempunyai toleransi tinggi serta kental dengan tradisi dialog.
"Kita negara muslim terbesar, kita juga adalah negara Islam pluralis, kemudian selama ini Islam sering dipahami sebagai agama yang melakukan perusakan. Jadi, sebagai bangsa yang dinilai memiliki keberagaman dan bertoleransi tinggi, Indonesia harus bisa mengambil posisi di sana," kata Abdurrahman di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis.
Dia menambahkan, Indonesia juga diharapkan bangsa lain bisa menjadi model sekaligus solusi dalam menyikapi perbedaan, baik itu dalam budaya maupun peradaban.
Abdurrahman mencotohkan, Indonesia memiliki beberapa kegiatan, seperti dialog lintas agama, sebuah forum yang melibatkan 25 negara sebagai peserta.
"Sebenarnya hal tersebut telah dilakukan oleh Indonesia dan digunakan sebagai salah satu alat soft diplomacy. Tidak ada negara di dunia ini, yang punya dialog lintas agama dengan jumlah negara sebanyak itu," ujar Wamenlu.
Pada tingkat ASEAN, Abdurrahman menyampaikan, Indonesia sering ditunjuk sebagai tuan rumah atau penyelenggara ajang yang mempormosikan dialog antar lintas agama. Bahkan, kata dia, Indonesia memiliki kegiatan yang diselenggarakan untuk para pemimpin agama di masa depan, lalu acara Aliansi Peradaban Dunia (UNAOC Global Forum) yang berlangsung di Bali pada tahun 2014.
Kedepannya, kata Abdurrahman Kemlu diharapkan bisa mengirim ataupun mendatangkan tokoh-tokoh agama dari berbagai dunia. Tujuannya, selain mendorong agar Kemlu menghadirkan solusi bagi persoalan Islamofobia yang terjadi di beberapa negara.
"Kita akan menyampaikan pada mereka, ini loh masyarakat Indonesia, jadi intinya kalau orang beragama baik maka akan jadi warga negara yang baik juga," kata dia.
Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015