Sekali pun di Indonesia terdapat beberapa kali terjadi konflik, namun secara umum tidak parah."
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden M. Jusuf Kalla menilai, keadilan sosial dan harmonisasi merupakan kunci utama terciptanya keamanan dan perdamaian di Indonesia, termasuk dunia sehingga harus mampu diciptakan.
"Sekali pun di Indonesia terdapat beberapa kali terjadi konflik, namun secara umum tidak parah. Apalagi, sampai terjadi ledakan bom, seperti di Pakistan atau Irak. Kuncinya adalah saling menghargai dan menghormati antarsesama," kata Wapres saat sebagai pembicara tunggal dalam diskusi "Menyelesaikan Konflik Domestik di Asia Tenggara" di Jakarta, Kamis.
Hadir dalam acara itu sejumlah duta besar dan warga negara asing (WNA) yang berada di Indonesia.
Wapres mengatakan, sekali pun Indonesia memiliki keragaman budaya, adat istiadat, dan agama, namun secara umum kondisi politik dan keamanan relatif stabil sehingga menguntungkan secara ekonomi.
Keberagaman tersebut, menurut Wapres, bukan merupakan penyebab terjadinya konflik yang memang terjadi di beberapa daerah.
Alasan adanya konflik, dikemukakan Wapres, antara lain lantaran masyarakat setempat merasa diperlakukan tidak adil dengan kekayaan alam yang dimiliki, namun belum menyejahterakan masyarakat setempat.
"Aceh, misalnya, daerah itu kaya akan minyak dan gas bumi. Karena masyarakat di sana merasa tidak sejahtera, maka terjadi konflik. Demikian pula yang terjadi di Papua," kata Wapres.
Wapres Kalla mengatakan, intensitas konflik dan pertentangan di Indonesia selama ini masih batas wajar dan masih bisa diselesaikan dengan mengutamakan dialog atau perundingan.
Konflik, menurut Wapres, tidak hanya terjadi di Indoensia, tapi juga di sejumlah negara Asia Tenggara, seperti Thailand, Filipina, dan Myanmar.
Konflik di negara-negara tersebut, dinilai Wapres, antara lain juga karena adanya kesenjangan sosial yang juga mengarah ke dalam pertentangan antaragama.
"Masing-masing negara di Asia Tenggara juga ada konflik dengan eskalasi dan penyelesaian yang berbeda-beda," demikian Wapres Kalla.
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2015