Media harus memberitakan dari dua kubu, jangan hanya satu kubu, nanti tidak berimbang, rakyat jadi tidak memperoleh informasi yang seimbang,"

Jakarta (ANTARA News) - Mahkamah Partai Golkar (MPG) meminta media mewartakan sengketa dualisme kepemimpinan Partai Golkar antara kubu Agung Laksono dan kubu Aburizal Bakrie secara netral dan berimbang agar masyarakat memperoleh informasi yang seimbang.

"Media harus memberitakan dari dua kubu, jangan hanya satu kubu, nanti tidak berimbang, rakyat jadi tidak memperoleh informasi yang seimbang," kata anggota MPG Andi Mattalatta di Jakarta, Rabu.

Media, ujar Andi, memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan opini publik sehingga harus memberikan informasi dari berbagai sudut pandang dan tidak menggiring pada satu opini tertentu.

Andi berpendapat kini beberapa media nasional mewartakan sengketa dualisme Golkar dari satu kubu saja sehingga masyarakat hanya mengetahui perkembangan konflik dari kubu tersebut.

"Saya hanya mengetahui perkembangan sengketa di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dari televisi dan dari satu kubu itu-itu saja. Mana informasi dari kubu satunya. Jadi media tolong dua-duanya diliput," tutur dia.

Selain dari sisi media, ia juga meminta kedua kubu selalu berbagi informasi secara akurat pada media untuk disampaikan pada masyarakat.

Sedangkan untuk MPG sendiri, ia memastikan bahwa MPG bekerja secara netral dan independen dalam menangani sengketa dualisme Golkar dan tidak terpengaruh kepentingan dari salah satu kubu.

"Kami independen. Yang bisa mempengaruhi nanti hanya argumentasi di persidangan dan bukti yang diajukan. Itu gunanya sidang terbuka ini," ujar dia.

Ia mengatakan majelis MPG saat ini semuanya sudah mundur dari kepengurusan kedua DPP Partai Golkar yang bersengketa sehingga menjamin independensi.

Sebelumnya, penulis dan wartawan Indonesia Arswendo Atmowiloto menilai kepemilikan media membuat ada keberpihakan tertentu, tapi pers Indonesia dinilainya masih sehat.

Ia mengatakan bahwa kebebasan pers tidak akan membuat pers kebablasan selama wartawan selalu berpegang teguh pada fakta dan data.

Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015