Brasilia, Brazil (ANTARA News) - Brazil, Senin, menciptakan suaka alam hutan tropis terbesar di dunia di satu bagian hutan Amazon yang rusak oleh pembalakan liar.Dalam beberapa dasawarsa di wilayah yang dilestarikan itu sering terjadi bentrokan antara pembalak, peternak, pelestari hutan dan pegiat hak tanah. Suaka alam tersebut meliputi lebih dari 15 juta hektare--wilayah yang lebih luar dari Inggris-- di seluruh tujuh taman di Para, wilayah timur negara bagian Amazon, yang diekspoloitasi besar-besaran oleh pembalak liar dan spekulan tanah. Gubernur Negara Bagian Para Simao Jatene mengaakan ia menciptakan taman baru guna menghentikan spekulan tanah menjual surat palsu. Ia juga mengatakan kegiatan ekonomi yang berkebalnjutan akan diperkenakan di sebagian daerah sehingga warga lokal dapat menopang diri mereka. "Kami sedang berusaha menghindari perangkap pelestarian melawan produksi ini. Sejujurnya saja, pandangan dua kutub ini telah lebih banyak melukai dibandingkan dengan membantu," katanya melalui telefon. Amazon, hutan tadah-hujan tropis terbesar di dunia, adalah ekosistem bumi yang memiliki keragaman hayati paling besar di planet ini dan diduga menyimpan seperempat dari seluruh speisies. Di Brazil, Amazon mencakup daerah yang lebih luas dari India dan banyak wilayah tanah basah sudah dibersihkan. Wilayah Para telah mengalami kerusakan khusus karena terletak di sepanjang perbatasan selatan dan timur Amazon dan lebih mudah dijangkau dibandingkan daerah yang lebih jauh ke pedalaman. Suaka alam itu memperluaskan koridor margasatwa penting bagi macan tutul, monyet dan burung di bagian utara Para dan juga melindungi banyak daerah di daerah yang dirongrong konflik di bagian tengah Para. Jatene, yang masa jabatannya berakhir 31 Desember, mengatakan ia berusaha selama bertahun-tahun guna menetapkan demarkasi taman baru tersebut. Perubahan peraturan kehutanan nasional belum lama ini memberi negara bagian wewenang lebih besar, dan melicinkan jalan bagi pembantukan suaka alam. Pegiat lingkungan hidup mengatakan pembentukan taman itu adalah langkah penting, tapi masih banyak yang harus dilakukan. "Pembentukan daerah perlindungan semata-mata tidak cukup," kata Claudio Maretti dari Dana Suaka Margasatwa Dunia (WWF), yang mendukung taman baru di Para. "Orang harus mengembangkan ekonomi bagi hutan." Jatene mengakui taman tersebut akan memerlukan perawatan terus-menerus setelah masa jabatannya berakhir. "Di Brazil, pemeliharaan sesuatu dapat menjadi tantanggan dalam pelaksanaannya," katanya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006