Sampai saat ini di Kota Bogor masih ada warga yang melahirkan dengan jasa peraji,"

Bogor (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat mencatat proses melahirkan menggunakan jasa dukun beranak atau peraji masih terjadi yakni rata-rata 5 persen persalinan tanpa didampingi tenaga kebidanan.

"Sampai saat ini di Kota Bogor masih ada warga yang melahirkan dengan jasa peraji, terutama di wilayah Bogor Timur, angkanya sekitar lima persen dari total kelahiran setiap tahun," kata Kepala Dinas Kesehatan Rubaeah saat ditemui di sela-sela kolaborasi pendampingan Gerakan Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir wilayah I" yang berlangsung di Kota Bogor, Selasa.

Menurut Rubaeah, setiap persalinan yang menggunakan jasa peraji harus didampingi oleh tenaga bidan dari Puskesmas, untuk mengurangi risiko yang menyebabkan kematian ibu dan bayi.

Ia menjelaskan upaya menekan angka kematian ibu dan bayi merupakan program Pemerintah Kota Bogor yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

Untuk menekan angka tersebut Dinas Kesehatan Kota Bogor sudah mempunyai program penanganan melalui kelas gizi, dan kelas ibu yang dilakukan di setiap Puskesmas dimulai sejak 2006.

"Melalui kelas ini setiap ibu hamil diharuskan membaca bersama buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) selama 15 menit di puskesmas, lalu bagaimana cara memberikan gizi cukup untuk bayi yang baru lahir maupun saat hamil," katanya.

Rubaeah mengatakan tahun ini Kota Bogor masuk dalam pendampingan Program Emas (Expanding Maternal and Neonatal Surivival) yang diharapkan dapat berbagi informasi dan menjadi rujukan dalam meningkatkan pelayanan untuk ibu dan bayi.

"Salah satu program EMAS ini, kita akan coba membuat rumah sakit rujukan tingkat regional Jawa Barat. Kita sudah memiliki RSUD yang bisa dijadikan rujukan bagi persalinan ibu," katanya.

Selain RSUD, kata Rubaeah, terdapat rumah sakit swasta lainnya yang dapat menjadi rujukan bagi wilayah di Kota Bogor seperti RS Hermina untuk wilayah Bogor Barat, RS Azra untuk wilayah Bogor Utara, dan RS BMC untuk wilayah Bogor Timur.

"Dengan adanya rumah sakit rujukan ini kita maksimalkan pelayanan kesehatan agar tidak ada lagi pasien yang ditolak," katanya.

Kota Bogor menjadi tuan rumah program kolaborasi pendampingan Gerakan Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir wilayah I yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Kesehatan bekerja sama dengan USAID lewat program EMAS.

Chief of Party Program Emas Anne Hyre mengatakan, USAID memberikan bantuan pendampingan dalam upaya penyelamatan ibu dan bayi lahir dimulai sejak 2012 di enam provinsi di 30 kabupaten kota.

Ia mengatakan dari enam provinsi yang mengikuti program EMAS, Provinsi Jawa Barat menunjukkan perkembangan bagus dalam upaya penyelamatan ibu dan bayi melahirkan. Hal ini dikarenakan didukung oleh sumber daya manusianya.

Program EMAS memberikan dukungan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan kedaruratan di puskesmas, dengan meningkatkan koordinasi antara puskesmas dan rumah sakit supaya selalu siap menerima pasien yang melahirkan.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Alma Lucianty mengatakan angka kematian ibu dan bayi di Jabar mengalami penurunan di tahun 2014 yakni sebesar 3.810 kasus dibanding tahun 2013 sebesar 4.800 kasus.

"Penurunan terjadi hampir 1.000 kasus. Di tingkat nasional dari 33 provinsi, Jawa Barat memiliki data berkurangnya jumlah angka kematian ibu dan bayi," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015