Mataram (ANTARA News) - Ribuan warga dari pelosok Pulau Lombok, wisatawan mancanegara serta wisatawan Nusantara berburu menangkap cacing bau nyale yang dipusatkan di pantai Seger, Desa Kuta, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Selasa.
Festival bau nyale yang setiap tahun sekali dilaksanakan atau pada bulan 20 tanggal 10 berdasarkan penanggalan suku Sasak, Pulau Lombok ini dibanjiri ribuan warga. Tua, muda, dan anak-anak berbaur menjadi satu.
Menangkap cacing bau nyale dilakukan sebelum matahari terbit setelah seluruh prosesi ritual usai dilakukan oleh para pemangku adat. Tanpa diperintah, warga langsung tumpah ruah menuju pantai yang telah surut mencari nyale (cacing laut). Mulai orang dewasa, remaja hingga anak-anak turun ke laut. Lengkap dengan menggunakan perlengkapan menangkap nyale seperti senter, jaring dan ember serta botol-botol plastik.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah HL Putria mengatakan kisah keberadaan cacing laut di Pulau Lombok tidak terlepas dari legenda Putri Mandalika, yang berkaitan dengan kerajaan Gumi Sasak Lombok yang melahirkan raja-raja di pulau Lombok dan luar Lombok.
Bau nyale yang rutin dilakukan masyarakat Loteng setiap tahun, memiliki hubungan erat dengan legenda Putri Mandalika yang menceburkan diri ke laut.
"Masyarakat suku Sasak, khususnya warga Lombok Tengah sangat percaya kalau nyale merupakan jelmaan Putri Mandalika," jelasnya.
Putri Mandalika tidak hanya tersohor karena kecantikan paras tetapi juga budi pekerti yang sangat mulia dan adi luhur. "Setiap tindak tanduknya gerak geriknya benar sesuai dengan yang ada pada tulisan lontar Rengganis suku Sasak," katanya.
Kecantikan dan budi pekerti luhurnya itulah yang membuat banyak pemuda dan pangeran yang jatuh hati dan suka kepadanya. Tetapi ia tidak memilih salah satu di antara mereka dan tidak mengarahkan pemuda atau pangeran itu saling bertikai dan berkelahi untuk memperebutkan Putri Mandalika.
"Karena menghargai dan menghormati dan mengagumi semua rakyat dan pangeran yang simpati padanya, Putri Mandalika lebih memilih menceburkan dirinya ke laut," jelasnya.
"Sang putri berpesan kalau dirinya bisa dimiliki dan dinikmati oleh semua orang," ujarnya.
Bahkan, kata Putria pelaksanaan core event bau nyale ini juga tidak terlepas dari permintaan Putri Mandalika untuk mencarinya pada tanggal 20 bulan 10 penanggalan sasak. Tepatnya di Batu Angkus Gunung Seger.
Warga yang datang mencari jelmaan Putri Mandalika. Hal itu berulang dilakukan masyarakat Lombok Tengah setiap tanggal dan waktu yang telah disebutkan Putri Mandalika sebelum menceburkan diri ke laut. Hal ini yang kemudian menjadi tradisi Bau Nyale. Kini Bau Nyale sudah menjadi agenda tahunan Pemkab Loteng yang masuk kategori core event bau nyale.
Sebelum pada proses puncak menangkap nyale, ujar Putria, dilaksanakan berbagai rangkaian kegiatan, karnaval, pemilihan putri Mandalika, hiburan rakyat dengan menghadirkan band Ungu, prosesi adat dan masih banyak kegitan lainnya.
Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015