"Masing-masing anggota Kompolnas mengumumkan secara terbuka dan berbeda terkait calon Kapolri, itu ikut memperkeruh suasana," kata Tb Hasanuddin dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa.
Hasanuddin mengatakan, awalnya diumumkan ada sembilan orang yang akan diajukan, kemudian diralat hanya tujuh atau lima, dan terakhir tinggal Komjen Polisi Budi Waseso dan Komjen Putut Eko Bayu Seno.
Dia menyarankan Kompolnas agar lebih menahan diri dan lebih bijak dalam membuat pernyataan terutama menyangkut kredibilitas perseorangan.
"Di lingkungan TNI-Polri ada etika yang harus dipegang dan diikuti oleh para pimpinan dan pejabat personalianya, seleksi untuk promosi jabatan dilakukan dengan ketat tapi bersifat rahasia," ujarnya.
Sifat rahasia merupakan keharusan karena promosi menyangkut kredibilitas calon agar tidak muncul fitnah, isu, rumor dan gosip di lingkungan calon itu sendiri, bahkan jangan sampai terjadi saling jegal dan saling fitnah .
Menurut Tb Hasanuddin, seharusnya Kompolnas menjaga suasana persatuan dan kesatuan di lingkungan Polri.
"Suasana kebatinan jiwa korsa atau lesprit de corps itu harus tetap dijaga dan dipelihara," katanya.
Menurut dia, seleksi terbuka dengan melibatkan publik itu mungkin tidak dilarang namun kalau tiap hari ada pengumuman soal calon Kapolri maka sebaiknya dihindari.
"Lebih baik gunakan saja lembaga yang sah seperti PPATK atau KPK atau lembaga lainnya untuk melihat rekam jejak seorang calon," katanya.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015