Doha (ANTARA News) - Meski menjadi salah satu cabang andalan, cabang catur nomor catur cepat (rapid chess) gagal menyumbang medali untuk kontingen Indonesia di Asian Games 2006 Doha, Senin.
Namun di balik kegagalan tersebut, hasil yang menggembirakan diperoleh dari pecatur berusia 14 tahun Irine Kharisma Sukandar yang meski pada babak terakhir menyerah kepada unggulan ketiga Zhao Xue dari Cina, karena berhasil menembus peringkat lima besar seperti yang ditargetkan sebelumnya.
Pecatur kelahiran 7 April 1992 itu mencatat lima kali menang, dua kali kalah, dan sekali imbang dan mengumpulkan nilai 5,5 bersama empat pecatur lainnya, termasuk unggulan keempat Munguntuul Batkhuyag dari Mongolia.
Medali emas diraih unggulan teratas asal India Humpy Koneru yang mencatat nilai hampir sempurna, yaitu delapan. Perak dan perunggu direbut pecatur Cina Zhao Xue (7,5), disusul medali perunggu oleh Zhu Chen, pecatur Qatar keturunan Cina (6).
Sementara itu Utut Adianto, pecatur berusia 41 tahun dan merupakan yang paling senior di antara seluruh 42 peserta, justru tampil paling buruk di antara dua pecatur juniornya, Susanto Megaranto dan pecatur putri Irine Kharisma Sukandar.
Pada pertandingan babak sembilan yang merupakan babak terakhir, Utut yang unggulan delapan itu bermain remis menghadapi Gundavaa Bayarsaikhan, pecatur kelahiran 29 Mei 1989 asal Mongolia.
Dengan hasil tersebut, Utut hanya mengumpulkan nilai empat, hasil tiga kali menang, empat kalah, dan dua kali remis dan terpuruk di peringkat ke-23, terpaut jauh dari pecatur Kazakhstan Murtas Kazhgaleyev yang mengumpulkan nilai 7,5 dan tampil sebagai juara.
Medali perak diraih pecatur Vietnam Dao Thien Hai yang mengumpulkan nilai tujuh, disusul Bu Xiangzhi dari Cina yang meraih perunggu meski sama-sama mengumpulkan nilai tujuh karena kalah "head to head" dengan pecatur Vietnam itu.
Hasil lebih baik diraih Susanto Megaranto yang mengumpulkan nilai 5 setelah pada babak terakhir mengalahkan pecatur Mongolia Batchuluun Tsegmed. Susanto berada di peringkat 14 klasemen.
Irine sebenarnya berpeluang untuk meraih medali perunggu jika pada babak terakhir mampu mengalahkan Xue Zhao yang akhirnya merebut perak.
"Saya memang kalah kelas. Sejak awal saya sudah salah langkah dan sehingga untuk seterusnya selalu sulit untuk keluar dari tekanan. Selain itu, saya juga krisis waktu," kata Irine usai pertandingan.
Meski Irine gagal meraih perunggu, Ketua Bidang Pembinaan PB Percasi Eka Putra Wirya yang selalu mendampingi pemain mengatakan bahwa hasil yang diraih pecatur remaja tersebut sudah melebihi target jika melihat usianya.
Ia masih sangat muda dan karirnya masih panjang. Tapi ia setidaknya sudah memperlihatkan sikap pantang menyerah. Irine hanya perlu pematangan dan untuk mematangkan adalah dengan sering mengikuti turnamen, terutama di luar negeri," kata Eka.
Dengan kegagalan di nomor catur cepat putra dan putri itu, Indonesia tinggal berharap untuk meraih medali melalui nomor beregu yang akan menampilkan ketiga pecatur itu.
"Saya secara pribadi merasa bahwa kita masih punya peluang di nomor beregu. Melihat penampilan Irine dan Susanto yang mulai membaik, keyakinan saya semakin bertambah. Justru saya yang tampil buruk," kata Utut.
Seperti halnya nomor catur cepat, nomor beregu juga akan memainkan sembilan babak dan setiap babak hanya dipertandingan sekali sehari sehingga partai terakhir baru akan berakhir pada 14 Desember mendatang.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006