Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dan Korea Selatan sepakat melakukan kerjasama dalam mempromosikan rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia, sehingga pada saatnya nanti masyarakat dapat menerima keberadaan PLTN untuk memenuhi kebutuhan energi nasional di masa datang. Nota Kesepahaman (MoU) tentang kerjasama promosi di bidang PLTN itu ditandatangani oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro dengan Menteri Komersial, Industri dan Energi Korea Selatan, Chung Sye Kyun, usai pertemuan Komite Bersama Konsultasi Bidang ESDM RI-Korsel ke-22, di Jakarta, Senin. Purnomo mengatakan, MoU tersebut bukan untuk pembangunan PLTN melainkan sebagai upaya mensosialisasikan rencana pemerintah Indonesia untuk membangun PLTN di masa depan, sehingga yang diukur adalah faktor pemahaman dari masyarakat (public acceptance).(*) "Diharapkan dengan upaya pengenalan, promosi dan sosialisasi tentang kebutuhan PLTN, masyarakat dapat memahami dan menerima keberadaan PLTN terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah dimana PLTN akan dibangun," kata Purnomo. Keputusan untuk bekerjasama dengan Korsel dalam mempromosikan PLTN di Indonesia, menurut Purnomo, karena negara itu telah berpengalaman mengoperasikan PLTN sejak tahun 1970-an. Sampai saat ini, di Korsel telah ada sekitar 20 PLTN dengan total kapasitas 17.700 Mega Watt (MW). Dalam waktu dekat, akan ditambah empat pembangkit lagi yang sedang dalam tahap konstruksi. Korsel juga berencana menambah 4 PLTN lagi di masa datang. "Selain itu, teknologi PLTN yang dipakai oleh Korsel sesuai dengan teknologi PLTN yang sudah dikembangkan oleh BATAN di Serpong," katanya. Dirjen Listrik dan Pengembangan Energi Departemen ESDM, J Purwono mengatakan, sebagaimana hasil studi kelayakan yang telah dilakukan beberapa waktu lalu, lokasi rencana pembangunan PLTN di Indonesia tetap di Jawa, yakni di sekitar Semenanjung Muria, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi PLTN di Jawa karena pertimbangan ekonomis mengingat sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa. "Di samping itu, jaringan transmisi kelistrikan yang sudah permanen adalah Jawa-Bali, sehingga sangat cocok PLTN dibangun di dekat pusat beban," katanya. Ditargetkan pada tahun 2015-2017, Indonesia sudah mengoperasikan PLTN dengan kapasitas 1.000 MW. Pertemuan konsultasi bidang ESDM telah dimulai sejak tahun 1979 yang pada awalnya ditujukan untuk memfasilitasi kelancaran perdagangan ekspor gas alam cair (LNG) Indonesia ke Korsel. Hingga tahun 2006 telah dilaksanakan pertemuan sebanyak 22 kali. Pertemuan konsultasi itu juga sebagai tindak lanjut dari pertemuan kedua negara di Nusa Dua Bali, 8-9 Oktober 2004, yang telah menyepakati peningkatan kerjasama di sejumlah bidang antara lain, hulu dan hilir migas, ketenagalistrikan, mineral, batubara dan panas bumi serta kerjasama pendidikan dan teknik tenaga nuklir. Hingga saat ini investasi Korea Selatan di Indonesia telah mencapai 1,1 miliar dolar AS (sekitar Rp10 triliun).
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006