Jakarta (ANTARA News) - Indonesia menawarkan 15 sektor investasi padat modal kepada sekitar 70 pengusaha Korea yang hadir dalam pertemuan ke-13 Komite Bersama Kerjasama Ekonomi Indonesia-Korea di Jakarta, Senin. "Sebelas sektor di antaranya sudah diisi oleh pengusaha Korea," kata Kepala Badan Koordiantor Penanaman Modal (BKPM), M. Lutfi. Lima belas sektor tersebut akan mendapatkan tax allowance berupa pengurangan pajak sebesar 30 persen selama enam tahun. Ke-15 sektor itu adalah industri rasa (flavor), industri tekstil dan produk tekstil (TPT), industri pulp and paper board, industri kimia, industri kimia lainnya, industri karet dan produk karet, industri porselain, industri besi dan baja, industri logam bukan besi, industri mesin dan peralatan, industri motor elektrik termasuk generator dan trasformer, industri elektronik dan ICT (Information and Communication Technology), sektor transportasi darat, industri kapal dan reparasi kapal, serta industri logam non besi. Pada kesempatan tersebut, Lutfi juga mempromosikan Batam dan Bintan sebagai kawasan ekonomi khusus yang memiliki keistimewaan peraturan perpajakan untuk industri yang berorientasi ekspor. "Impor bahan baku dan barang modal ke daerah itu akan mendapat tarif konsesi, sedangkan ekspornya bebas bea," ujarnya. Pada kesempatan terpisah, Lutfi mengatakan pemerintah berkomitmen untuk mempromosikan industri manufaktur yang akan menciptakan nilai tambah dan tenaga kerja. "Kita tidak bisa lagi mempromosikan atau menjual bahan mentah atau bahan baku, setidaknya bahan setengah jadi," ujar dia. Pada awal 2007, lanjut dia, BKPM bekerjasama dengan Deperin, Depdag, BPPT dan Bappenas akan melakukan pemetaan sektor industri unggulan yang akan dipromosikan kepada investor asing serta skema insentif selain tax allowance. Salah satu industri penting yang akan menjadi unggulan promosi Indonesia adalah petrokimia dan dan turunannya. "Dengan produksi minyak dan gas setara 1,6 juta barel per hari, kita harus punya industri petrokimia yang baik, sekarang kita baru punya satu industri senyawa aromatik dan satu industri petrokimia yang menyeluruh," paparnya. Selama ini, lanjut dia, bahan baku industri petrokimia Indonesia kebanyakan diolah kembali di Singapura. Menurut dia, dengan insentif baru yang menarik maka nilai tambah bahan baku industri tersebut dapat diciptakan di Indonesia.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006