Doha (ANTARA News) - Ryan Leonard Lalisang di Doha, Qatar, Senin, sempat menjadi pembicaraan masyarakat Indonesia yang berada di negara kaya minyak tersebut. Beberapa stasiun televisi setempat sempat menayangkan wajahnya setelah dinyatakan dirinya berhasil menyumbangkan medali emas dari pertandingan tungal putra boling di Asian Games XV. "Jantung saya sempat copot menunggu hasil pertandingan berakhir, sementara lawan yang saya takuti untuk bersaing meraih medali emas, yaitu Korea masih belum main. Padahal, sudah pukul 21.00 waktu setempat," ujarnya di Doha, Senin. "Saya takut kosentrasi dia (peboling Korea) itu berhasil meraih nilai tertingginya, tapi kenyataan sayalah yang mengumpulkan nilai tertinggi," kata putra dari pasangan Robert J. Lalisang dan Yvinne I Kalaseran di sela-sela acara pertandingan keduanya untuk ganda putra. Ia mengemukakan, sejak semula atau sebelum pertandingan dimulai, peboling Korea Selatan, Bok Eum Choi, adalah pemain yang sangat ditakutinya, karena termasuk dalam peringkat lima besar dunia. "Namun, Tuhan juga yang memberikan jalan buat saya untuk menyumbangkan medali emas buat bangsa dan negara. Apalagi, ini merupakan medali emas pertama dari kontingen Indonesia di Doha, Qatar ini," ujar putra bungsu dari tiga bersaudara tersebut. Walaupun dirinya memang sejak usia sembilan tahun sudah mengenal lapangan boling bersama keluarga, Ryan merasa, untuk bertanding setingkat Asia yang diikuti 45 negara sempat menganggu konsentrasinya lantaran sebagian peserta lebih tangguh. "Saya ini mendapat motivasi dari semua pihak, termasuk pengurus boling, KONI dan Menpora," kata lajang kelahiran Balikpapan, Kalimantan Timur pada 21 Agustus 1980 itu. Ryan yang berstatus mahasiswa non-aktif di semester empat di Universitas Atmajaya, Jakarta, tersebut mengakui, tidak menyanggah target atau sasarannya di Asian Games Doha kali ini bisa menyumbangkan medali emas, untuk mencapai jenjang yang lebih tinggi, yaitu sebagai juara dunia. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006