Kiev (ANTARA News) - Para pemimpin Prancis, Jerman dan Ukraina berencana melakukan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Rabu untuk menghentikan pertumpahan darah yang meningkat di Ukraina timur.

Keempat pemimpin itu melakukan pembicaraan di telepon, Minggu, sebagai bagian dari upaya darurat untuk mencapai "penyelesaian komprehensif" bagi konflik antara pasukan Ukraina dan para pemberontak pro-Rusia, kata Berlin.

Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Francois Hollande dalam beberapa hari terakhir ini terus melancarkan diplomasi penuh kepanikan, terbang ke Kiev untuk berunding dengan Presiden Ukraina Petro Poroshenko serta ke Moskow untuk bertemu Putin.

Pihak Barat menuding Presiden Putin telah mendalangi konflik yang telah berlangsung 10 bulan itu.

Putin mengatakan pertemuan puncak yang direncanakan berlangsung di ibu kota Belarusia, Minsk, itu hanya akan terjadi jika para pemimpin menyepakati "sejumlah poin" pada Rabu.

"Kami memilih Rabu (untuk melakukan pertemuan puncak, red) jika hingga saat itu kami bisa menyetujui sejumlah poin yang belakangan ini telah dibicarakan," kata Putin kepada Presiden Belarusia Alexander Lukashenko.

Para pejabat kementerian luar negeri akan melakukan pertemuan untuk persiapan di Berlin pada Senin, kata Ukraina, yaitu di saat Merkel bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama di Gedung Putih.

Pertemuan antara para penengah dari Organisasi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa, para perwakilan Ukraina, Rusia dan para pemberontak, juga dijadwalkan akan dilangsungkan pada Selasa, kata pihak kepresidenan Ukraina.

Dalam dorongan terbaru untuk membuat harapan tetap hidup, para pemimpin "terus bekerja untuk menetapkan paket langkah-langkah guna mencapai penyelesaian menyeluruh bagi konflik di Ukraina timur," kata Berlin dalam pembicaraan telepon hari Minggu soal apakah Hollande sudah menyebut "salah satu dari peluang terakhir" bagi perdamaian.

Kepresidenan Ukraina mengatakan para pemimpin "berharap bahwa upaya-upaya mereka selama pertemuan Minsk akan mengarah pada terwujudnya gencatan senjata bilateral dengan segera dan tanpa syarat".

Pertempuran baru di republik bekas Soviet itu telah menewaskan 12 warga sipil, kata separatis dan pihak berwenang Kiev, sementara 12 tentara Ukraina juga tewas dalam 24 jam terakhir ini.

Kesepakatan damai sebelumnya, yang dicapai di Minsk pada September, selama ini diabaikan. Pertempuran meningkat dalam minggu-minggu terakhir ini sementara pemerintah Ukraina menuding para pemberontak mengerahkan pasukan untuk melancarkan serangan-serangan baru.

Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius mengatakan dalam Konferensi Keamanan Muenchen bahwa "apa yang Jerman dan Prancis cari saat ini adalah bukan perdamaian di atas kertas, tapi perdamaian di lapangan." Demikian laporan AFP.

(Uu.T008)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015