Dhaka (ANTARA News) - Aliansi utama oposisi Bangladesh telah menyerukan babak baru pemogokan di seluruh negeri itu mulai Ahad pagi guna memprotes "penangkapan dan pembunuhan pegiat dan pemimpinnya".
Aliansi oposisi telah memutuskan untuk melancarkan pemogokan, demikian pengumuman yang dikeluarkan cuma satu hari setelah oposisi menghentikan pemogokan lima-hari di seluruh negeri tersebut mulai pagi 1 Februari, di tengah bentrokan sengit, vandalisme, pembakaran serangan bom bensin.
Juru Bicara Partai Nasionalis Bangladesh (BNP), pimpinan Khaleda Zia --yang pernah dua kali menjadi perdana menteri, Salahuddin Ahmed mengeluarkan pengumuman paling akhir bagi pemogokan itu melalui siaran pers pada Jumat (6/2).
BNP dan sekutunya telah mengumumkan pemogokan 72-jam lalu-lintas mobil, kereta dan air mulai Ahad pagi, di tengah aksi blokade yang dilancarkannya yang memasuki hari ke-32 pada Jumat.
Salahuddin Ahmed, Sekretaris Jenderal gabungan BNP, mengatakan pemogokan 72-jam tersebut direncanakan dimulai pada pukul 06.00 waktu setempat Ahad dan akan berlangsung sampai pukul 06.00 waktu setempat Rabu.
Ia menyatakan pemogokan tersebut juga bertujuan menuntut pembebasan puluhan pegiat dan pemimpin aliansi oposisi termasuk Penjabat Sekretaris Jenderal BNP Mirzal Fakhrul Islam Alamgir dan Sekretaris Jenderal Gabungan Rizvi Ahmed, demikian laporan Xinhua.
Pada Jumat pagi, Islami Chhatra Shibir, sayap mahasiswa Partai Jamaat-e-Islami Bangladesh --sekutu penting aliansi 20-partai pimpinan Khaleda Zia, menyerukan pemogokan dari fajar-hingga-senja untuk memprotes "pembunuhan dan penangkapan pegiat dan pemimpinnya".
Presiden Shibir Abdul Jabbar, di dalam siaran pers pada Jumat, mengeluarkan pengumuman, yang mengatakan, "Tujuh pegiat dan pemimpin Shibir ditembak hingga tewas dalam satu bulan belakangan."
Juru bicara polisi belum bisa dimintai komentar mengenai pernyataan presiden Shibir tersebut.
Namun pengumuman mengenai pemogokan baru selama 72 jam itu dikeluarkan tak lama setelah Perdana Menteri Sheikh Hasina menyeru aliansi tersebut agar tidak melakukan pemogokan selama Ujian Akhir Sekolah menengah dan yang sederajat, yang diikuti oleh tak kurang dari 1,5 juta pelajar.
Ujian tersebut, yang dimulai pada Jumat, setelah ditunda dua kali akibat pemogokan lima-hari oleh aliansi itu selama satu pekan belakangan, kembali menghadapi ketidak-pastian setelah dikeluarkannya pengumuman mengenai pemogokan 72-jam mulai Ahad.
Sheikh Hasina pada Jumat mendesak aliansi oposisi agar menahan diri dari melakukan pemogokan selama pelaksanaan ujian.
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015