Jakarta (ANTARA News) - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zukifli Hasan mengajak seluruh umat beragama untuk ikutserta menanggulangi kemiskinan yang ada di Indonesia, karena persoalan kebangsaan Indonesia saat ini memerangi kemiskinan dan keterbelakangan.

"Musuh bersama kita saat ini adalah kemiskinan, kekurangan gizi, buruknya pendidikan, dan tingkat pengangguran yang masih tinggi di Indonesia," kata Zulkifli dalam acara World Interfaith Harmony Week 2015 "Merajut Kebhinekaan Menuju Keadilan dan Perdamaian, Bersama dalam Perbedaan, Berbeda dalam Kebersamaan" di Kompleks Gedung DPR/MPR, Jakarta, Jumat .

Menurut Zulkifli, penyelesaian masalah kemiskinan tidak cukup dibebankan kepada pemerintah semata melainkan juga perlu partisipasi masyarakat termasuk para tokoh agama.

"Tolong menolong dalam ajaran agama manapun sangat dianjurkan. Bagi Mereka yang mampu harus membantu mereka yang tidak mampu. Nah ini harus diimplementasikan dalam kehidupan bernegara dalam hal ini ikutserta penanggulangan kemiskinan. Kita harus mulai dilingkungan kita sendiri dengan memberikan bantuan kepada mereka yang masih miskin disekitar tempat tinggal," katanya.

Sementara itu, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin mengatakan agama yang sejati adalah membawa pesan perdamaian dalam setiap kata dan perbuatan serta saling tolong menolong. Oleh karena itu, dia mengajak seluruh masyarakat Indonesia dalam kemajemukan bisa saling bantu menyelesaikan persoalan kemiskinan yang sedang dihadapi bangsa ini.

"Semoga perayaan ini bisa memberi semangat pada seluruh umat beragama di Indonesia demi membangun kerukunan. Anak muda yang nyaris kehilangan asa karena lihat pembunuhan atas nama agama pun dapat semakin optimis ke depannya," kata Din.

Perwakilan Parisada Hindu Dharma Indonesia SN Suwisma mengharapkan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, bangsa, agama, dan ras, dari Sabang sampai Merauke, bisa mengedepankan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Dimana penduduk mayoritas harus bisa mengayomi minoritas.

Uung Sedana yang hadir sebagai perwakilan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) menyampaikan keyakinannya bahwa bangsa Indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa tidak terkira. Dia juga mengajak masyarakat Indonesia merajut semangat Bhinneka Tunggal Ika sebagai langkah mengelola dan mensyukuri anugerah Tuhan.

Sementara perwakilan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pendeta Samuel Praseta mengatakan Allah memberi manusia perbedaan. Oleh karena itu, umat manusia harus mensukuri kehadiran perbedaan tersebut, karena hal itu merupakan tujuan Allah menciptakan manusia.

Ajakan yang sama disampaikan perwakilan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Romo Paskalis Bruno Syukur. Dia mengimbau komponen bangsa bisa membangun persaudaraan, bukan karena kesamaan pandangan politis tapi dengan alasan diciptakan satu oleh Allah.

Perwakilan dari Pengurus Besar Nadhatul Ulama (PBNU) Muhammad Iqbal Sullam berpandangan sesungguhnya Tuhan adalah sat. demikian juga bumi adalah satu, sehingga perbedaan ataupun kepercaayaan harus dirajut untuk merawat bumi yang tengah dalam kondisi karut marut.

Utusan Perwakilan Umat Budha Indonesia (Walubi) mengatakan masyarakat Indonesia harus sadar diri sebagai manusia yang telah beruntung dilahirkan di dunia. Menurut dia, walau setiap orang memiliki kemampuan berbeda-beda, namun tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang telah diberikan Tuhan, dengan menjadi manusia berguna bagi diri sendiri, keluarga, bangsa, masyarakat, bahkan bagi semua mahluk di alam semesta.

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015