Taipe (ANTARA News) - Tangan pilot pesawat jatuh TransAsia yang dielu-elukan sebagai pahlawan karena tindakannya pada saat-saat terakhir sebelum pesawat itu jatuh untuk menewaskan 35 orang, masih mencengkeram setir pesawat saat jenazahnya ditemukan tim pencari, lapor media setempat seperti dikutip Reuters.

Pilot yang diidentifikasi oleh TransAsia sebagai pria berusia 42 tahun bernama Liao Chien-tsung ityu dipuja-puji oleh walikota Taipei karena telah mengendalikan pesawat tersebut di antara blok-blok apartemen dan gedung-gedung perkantoran sebelum mendaratkannya di sebuah sungai.

TransAsia Penerbangan GE235 tengah mengangkut 58 penumpang dan awak saat bermanuver di antara gedung-gedung, lalu melintasi jalan tol dan menyenggol sebuah taksi dengan salah satu sayapnya, lalu jatuh ke sebuah sungai dangkal setelah tinggal landas Rabu lalu.

Jenazah Liao dan kopilotnya diangkat dari kokpit pesawat turboprop ATR 72-600 yang nyaris baru, dengan kedua kakinya patah, kata para penyelidik.

"Mereka (pilot dan copilot) masih berusaha menyelamatkan pesawat ini sampai menit terakhir," lapor media Taiwan mengutip para penyelidik yang enggan disebutkan namanya.

Media juga melaporkan, jumlah korban meninggal dunia akan lebih banyak lagi jika pesawat itu menimpa salah satu gedung yang nyaris saja tertabrak. 15 orang selamat dalam kecelakaan ini.

Perekam suara dan data dari pesawat ini telah ditemukan dan telah menyingkapkan bahwa pesawat itu kehilangan daya dorong beberapa saat setelah tinggal landas.

Pesawat itu tinggal landas dari bandara Songshan di pusat kota Taipe, dan tengah menuju Pulau Kinmen, Taiwan. Di antara penumpangnya adalah 31 wisatawan asal Tiongkok yang sebagian besar berasal dari kota Xiamen di Tiongkok timur laut.

Otoritas penerbangan Taiwan memerintahkan TransAsia dan Uni Air, keduanya anak perusahaan dari EVA Airways Corp, untuk melakukan pengujian mesin dan sistem bahan bakar dari 22 pesawat ATR lain miliknya yang masih beroperasi, demikian Reuters.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015