Roma (ANTARA News) - Penurunan tajam harga minyak tidak hanya membantu orang mengisi tangki bensin mereka tetapi juga perut mereka dengan berkurangnya harga pangan, kata PBB dalam data yang dirilis Kamis (5/2).
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mengatakan indeks harga makanan menurun 1,9 persen pada Januari menjadi 182,7 poin, karena "persediaan kuat, terus menguatnya dolar AS dan harga minyak mentah yang lemah".
Harga pangan sekarang telah jatuh kembali ke tingkat lima tahun yang lalu, tetapi secara riil masih sekitar 20 persen lebih tinggi daripada tahun 2000-an.
Harga minyak mentah dunia telah jatuh sekitar setengahnya sejak Juni, dan biaya bahan bakar yang lebih rendah akan mengurangi biaya produksi petani, serta biaya untuk pengapalan makanan.
FAO mengatakan harga yang lebih rendah pada Januari juga tercermin dalam "ekspektasi produksi yang kuat" sehingga lembaga itu menaikkan perkiraan 2014 untuk produksi sereal (biji-bijian) dunia ke rekor tertinggi 2.534 juta ton, dan menambahkan bahwa indikasi awal untuk tanaman pada 2015 menguntungkan.
Badan PBB itu mencatat bahwa rasio stok yang digunakan untuk sereal diperkirakan akan meningkat menjadi 25 persen, tingkat tertinggi dalam lebih dari satu dekade, dan jauh di atas
Terendah dalam sejarah 18,4 persen yang tercapai pada 2007-2008 selama periode harga komoditas pangan dunia berfluktuasi.
Sementara stok gandum dan jagung diperkirakan meningkat, stok beras bersiap untuk turun, kata FAO sebagaimana dikutip AFP, Jumat.
Indeks Harga Makanan FAO adalah sebuah indeks perdagangan tertimbang yang melacak harga lima kelompok komoditas pangan utama di pasar internasional.
(Uu.A026)
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015