Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengaku masih optimistis ekonomi Indonesia dapat tumbuh 5,7 persen pada 2015, meskipun terjadi perlambatan pertumbuhan di 2014 yang hanya sebesar 5,02 persen, atau meleset dari target di APBN-P 2014.
"Saya mengerti, memang 2014 itu perlambatan. Maka dari itu kita perlu mendorong 2015 dengan belanja infrastruktur," kata Bambang pada rapat kerja dengan Komisi XI di Gedung DPR, Jakarta, Kamis.
Menkeu mengakui perlambatan ekonomi 2014 merupakan alarm keras bagi pemerintah agar lebih serius mendongkrak faktor-faktor penyumbang pertumbuhan ekonomi.
Dia menuturkan, pemerintah masih mengandalkan aliran investasi, baik dari pemerintah, melalui optimalisasi belanja anggaran untuk pembangunan, dan juga mengoptimalkan peran swasta dalam pembiayaan pembangunan.
Bambang meyakini iklim investasi akan terus membaik di 2015, dan mendorong investasi swasta menjadi kontributor pendorong pertumbuhan ekonomi.
Faktor-faktor penyumbang pertumbuhan ekonomi lainnya, seperti ekspor, diakui Bambang, sulit untuk menjadi penopang pada 2015 karena penurunan harga komoditas dan prelambatan pertumbuhan ekonomi negara-negara mitra dagang.
"Maka dari itu, kami optimalkan belanja di anggaran. Seperti halnya penyertaan modal negara (PMN) itu kan investasi pemerintah," ujar dia.
Pemerintah juga akan tetap mengupayakan konsumsi rumah tangga terus membaik dan dapat mendongkrak ekspansi daya beli masyarakat.
Menkeu mengatakan pembangunan infrastruktur tidak hanya menyasar pembangunan fisik skala besar, namun sarana dan prasarana sosial, sehingga dapat mendukung aktivitas ekonomi masyarakat kecil.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada Kamis (5/2), mengumumkan pertumbuhan ekonomi secara kumulatif di 2014 sebesar 5,02 persen.
Pada 2015, target pemerintah untuk pertumbuhan ekonomi, sesuai draf rancangan APBN-Perubahan 2015 adalah 5,7 persen.
Sementara itu, anggota Komisi dari fraksi PDI Perjuangan, Maruarar Sirait meminta pemerintah serius memerhatikan fator-faktor yang potensi memicu pertumbuhan ekonomi melambat.
Dia mengatakan kebijakan pemerintah yang baru diambil di sektor pajak, seperti "gizeling" dan juga rencana pengampunan pajak (tax amnesty) harus dikaji mendalam agar tidak memberikan implikasi negatif ke sektor rill, sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi.
"Jangan sampai kebijakannya antitesis," ujarnya.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015