"Rupiah melanjutkan penguatannya terhadap dolar AS, salah satu penopangnya datang dari dalam negeri terkait lelang surat utang negara (SUN) yang cukup diminati investor," ujar Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra.
Dalam keterangan pers Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan menyebutkan, pemerintah menyerap dana sebesar Rp16 triliun dari lelang empat seri obligasi negara untuk memenuhi sebagian pembiayaan dalam APBN, dengan total penawaran yang masuk mencapai Rp40,23 triliun. Lelang ini melebihi target indikatif yang ditetapkan sebelumnya sebesar Rp12 triliun.
Menurut Ariston Tjendra, jumlah lelang yang melebihi target itu menandakan kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia. Pembangunan infrastruktur yang menjadi fokus pemerintah akan menopang perekonomian secara jangka panjang.
Dari eksternal, lanjut dia, proposal utang baru Yunani yang tidak akan menghapus bukukan utang-utangnya menambah sentimen positif pasar keuangan di negara-negara berkembang salah satunya Indonesia.
"Kebijakan Yunani itu melegakan para kreditur dan pelaku pasar keuangan dan memunculkan euforia di pasar keuangan yang mendorong peralihan portofolio dari instrumen safe haven seperti dolar AS ke instrumen yang lebih berisiko," katanya.
Kendati demikian, lanjut dia, penguatan rupiah terhadap dolar AS masih bersifat jangka pendek, pelaku pasar uang di dalam negeri juga sedang menanti data neraca transaksi berjalan yang akan diumumkan Bank Indonesia.
"Diharapkan mencatatkan surplus sehingga tidak mengubah tren rupiah yang sedang berada dalam tren penguatan jangka pendek," katanya.
Menurut kurs tengah Bank Indonesia, rupiah berada pada 12.609 per dolar AS, lebih baik dibanding posisi Selasa (3/2) 12.643 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015