Jakarta (ANTARA News) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada pekan depan diperkirakan masih berpotensi menguat tipis, karena masih positifnya sentimen dari dalam negeri. "Perdagangan saham di BEJ masih memiliki peluang naik, namun tipis," kata Analis Riset PT Valbury Asia Securities, Krisna Dwi Setiawan, kepada ANTARA pada akhir pekan ini. Tipisnya kenaikan IHSG lebih disebabkan oleh harga-harga saham sudah berada pada level tertingginya, namun sentimen positif dari dalam negeri masih bagus. "Sentimen masih positif masih bagus, namun kenaikan indeks akan berjalan sempit. Indeks sudah mendekati titik 'resistance'-nya di 1.740 dan tinggal 6 poin lagi" tambah Krisna. Sentimen positif ini berasal dari rendahnya tingkat inflasi pada November 2006. Badan Pusat Statitik (BPS) telah mengumumkan angka inflasi November 2006 sebesar 0,34 persen, inflasi tahun kalender (Januari - November 2006) 5,32 persen dan "year on year" (November 2005-November 2006) sebesar 5,27 persen. Angka inflasi "year on year" (yoy) pada November tersebut lebih rendah dari angka bulan sebelumnya (Oktober 2006) yang berada pada level 6,29 persen. Sepanjang 2006 angka inflasi yoy Indonesia untuk pertama kalilnya berada di bawah 10 digit pada Oktober. Sebagai perbandingan inflasi pada Oktober tercatat 0,86 persen, dan inflasi tahun berjalan (Januari-Oktober 2006) tercatat 4,96 persen. Pada September 2006 laju inflasi sebesar 0,38 persen, sementara untuk inflasi tahun berjalan (Januari-September) sebesar 4,06 persen dan untuk inflasi yoy sebesar 14,55 persen. Dengan masih rendahnya angka inflasi ini telah memberi ruang terhadap kelanjutan penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI rate). Pada November lalu, BI rate telah turun menjadi 10,25 persen dari sebelumnya 10.75 persen. Pasar memperkirakan BI-rate akan kembali turun berkisar 25-50 basis poin. Dengan kondisi ini, dia juga mengungkapkan bahwa perdagangan pekan depan IHSG akan bertahan hingga pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia. "Indeks akan bertahan hingga pengumuman BI, dan perdagangan akan diselingi aksi `profit taking` (ambil untung)," jelasnya. Pekan Lalu Perdagangan saham pada pekan lalu, IHSG kembali menguat dan mencatat rekor tertinggi sepanjang sejarah. IHSG pada pekan ini berakhir berada pada posisi 1.734,750 atau naik 17,020 poin, sedangkan indeks LQ45 menguat 4,159 poin di posisi 380,332. Pada pekan sebelumnya IHSG ditutup di 1.717,730 dan LQ45 pada level 376,173. Penguatan indeks ini masih didorong oleh positifnya makro ekonomi yang terus membaik. Namun, IHSG selama sepekan berjalan fluktuatif, karena diselingi aksi ambil untung karena faktor eksternal, yakni menurunnya Wall Street dan bursa regional. Melemahnya Bursa Wall Street dan regional ini dipengaruhi ekonomi AS dan naiknya harga minyak mentah dunia yang kembali di atas 60 dolar AS per barel. Namun, seiring `rebound`-nya bursa Wall Street dan bursa regional juga mengangkat IHSG di BEJ. Di akhir pekan IHSG terangkat oleh pengumuman inflasi oleh BPS. (*)

Copyright © ANTARA 2006