Surabaya (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta agar Islam sebagai agama "rahmatan lil 'alamin" (rahmat bagi seluruh alam) dapat dilaksanakan oleh umat Islam dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat dirasakan manfaatnya dalam kehidupan berbangsa. Hal tersebut disampaikannya ketika memberikan sambutan pada pengukuhan KH A Hasyim Muzadi sebagai Doctor Honoris Causa dalam bidang peradaban Islam di IAIN Sunan Ampel Surabaya, Sabtu. "Di samping memperjuangkan citra Islam yang baik di mata masyarakat dunia, yang lebih penting bagaimana 'rahmatan lil'alamin' dapat dilaksanakan dalam kehidupan kita," kata Wapres. Menurut dia, bangsa Indonesia semestinya dapat merasakan rahmat sebagai negara yang kaya dan luas. "Tetapi kadang-kadang yang timbul justru kesulitan-kesulitan yang disebabkan perbuatan kita sendiri," katanya. Penganugerahan gelar Doktor HC kepada Hasyim Muzadi dinilai Wapres sebagai pemberian yang tepat karena pandangan, kepakaran dan intelektualitas Hasyim memenuhi syarat. Selain itu, Hasyim juga telah menunjukkan upaya pengabdian dengan mengampanyekan Islam 'rahmatan lil'alamin' di dalam dan luar negeri. Ketua Umum MUI, KH Sahal Mahfudz, mengingatkan bahwa gelar tersebut bukan hanya sebagai rahmat, tetapi juga amanah sehingga diharapkan ada tanggungjawab moral dengan gelar tersebut. Sahal juga mengingatkan telah terjadinya penyimpangan orientasi pendidikan yang hanya berorientasi pada lapangan kerja tanpa memerhatikan masalah etika dan moral. "Orientasi pada moral dan etika sekarang tidak dihiraukan, padahal itu harus dilakukan bersama-sama dengan orientasi lapangan pekerjaan," katanya. Akibat akhlak karimah yang sering ditinggalkan, katanya, banyak orang bekerja tanpa akhlak, sehingga menyebabkan terjadinya penyimpangan seperti korupsi. Dalam kesempatan itu, Hasyim Muzadi menyampaikan orasi ilmiah berjudul "Islam Rahmatan Lil 'alamin Menuju Keadilan dan Peradaban Dunia" (Perspektif Nahdlatul Ulama). Tema yang disampaikannya, menurut Ketua Umum PBNU itu, beradasarkan pengalamannya memimpin NU, dan masih merebaknya Islamo Phobia yang menjadi "mainstream" pandangan masyarakat Barat. Selain itu, kata ayah enam anak kelahiran Tuban, 8 Agustus 1944 itu, sebagai bagian dari upaya pembangunan infrastruktur dan keterlibatan agama untuk keadilan dan perdamaian dunia serta sebagai basis nilai dan pendekatan. (*)
Copyright © ANTARA 2006