Singapura (ANTARA News) - Harga minyak naik tipis di Asia pada Selasa, memperpanjang keuntungan hari sebelumnya setelah perusahaan AS memangkas aktivitas pengeboran, tetapi para analis meragukan rebound akan bertahan karena persediaan masih jauh lebih besar daripada permintaan.
Patokan AS, minyak mentah light sweet ataau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, naik 36 sen menjadi 49,93 dolar AS, sementara minyak mentah Brent untuk penyerahan Maret naik 44 sen menjadi 55,19 dolar AS di perdagangan sore.
Pada Senin, WTI menekan tanda psikologis 50 dolar AS per barel sebelum ditutup pada 49,57 dolar AS, sementara Brent menguji batas 55 dolar AS sebelum berakhir di 54,75 dolar AS.
"Dengan fenomena aksi rollover akhir bulan terjadi pada dua hari ini, pergerakan lebar seperti itu diharapkan," kata Nicholas Teo, analis pasar CMC Markets di Singapura.
"Namun, kelebihan pasokan semakin luas dan ketidakseimbangan permintaan yang lemah untuk sumber daya ini tidak akan memungkinkan pemulihan minyak dalam waktu dekat," katanya dalam sebuah komentar pasar.
Minyak telah kehilangan lebih dari 50 persen dari nilainya sejak Juni tahun lalu, ketika komoditas itu berada di lebih dari 100 dolar AS per barel, sebagian besar disebabkan oleh lonjakan cadangan global yang didorong oleh produksi minyak serpih (shale oil) AS yang kuat.
Namun, beberapa analis mengatakan jatuhnya harga akan memaksa perusahaan-perusahaan AS memangkas produksi mereka.
Jumlah rig mingguan Baker Hughes (perusahaan jasa minyak), barometer aktivitas pengeboran di Amerika Serikat, menunjukkan rekor penurunan 94 rig minyak menjadi 1.223 rig untuk minggu yang berakhir 30 Januari.
Pengurangan rig pengeboran terjadi menyusul pengumuman oleh Chevron, ConocoPhillips dan produsen utama lainnya bahwa mereka akan memangkas anggaran modal pada 2015.
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015