"Presiden sangat prihatin dengan bagaimana situasi merebak di Donbas dan pertempuran yang tak kunjung berhenti serta menyeru semua pihak dalam konflik tersebut agar segera mengakhiri permusuhan militer dan setiap bentuk kekerasan," kata Peskov.
Sementara itu, pemimpin kedua republik yang diproklamasikan secara sepihak --Donetsk dan Lugansk-- Alexander Zakharchenko dan Igot Plotnitsky menyampaikan keinginan mereka untuk menghentikan pertumpahan darah dan mendukung pembicaraan perdamaian.
"Kami tak menginginkan pertumpahan darah lebih jauh. Kami siap menghentikan, tapi cuma berhenti di tempat kami berada sekarang (garis pemisahan yang ada)," kata satu pernyataan bersama yang disiarkan oleh kedua pemimpin itu, sebagaimana dikutip Xinhua.
Saat perundingan paling akhir Minsk berakhir pada Sabtu tanpa satu pun jejak evoluasi positif, "perang kata-kata" di Ukraina telah meningkat dan kedua pihak yang bertikai saling tuduh mengenai pihak yang membuat proses perdamaian tergelincir.
Pada Sabtu pagi, Konstantin Kosachev, Ketua Komite Urusan Luar Negeri di Dewan Federasi Rusia, mengatakan pasokan senjata yang mungkin dilakukan dari AS ke Ukraina hanya akan menambah parah keadaan.
"Jika keputusan ini diambil, itu mungkin memicu peningkatan konflik secara lebih jauh dan memperlihatkan bahwa AS memilih, setelah Kiev, jalur penyelesaian militer," kata Kosachev, sebagaimana diberitakan kantor berita TASS.
Laporan media pada Senin mengutip pernyataan seorang pejabat senior Pemerintah AS bahwa Presiden AS Barack Obama sedang mempertimbangkan pengiriman bantuan militer buat Ukraina.
(C003)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015