Faktor global cukup berpengaruh terhadap laju mata uang rupiah, diperkirakan sentimen dari dalam negeri bersifat jangka pendek
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore bergerak menguat sebesar 25 poin menjadi Rp12.646 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.671 per dolar AS.
"Rupiah mengalami penguatan mendapat sentimen positif dari data ekonomi Indonesia yang dirilis badan pusat statistik (BPS) awal pekan ini," kata pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta, Senin.
Ia mengemukakan bahwa Badan Pusat Statistik mencatat deflasi pada Januari 2015 sebesar 0,24 persen dipicu oleh penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Sementara neraca perdagangan pada Desember mengalami surplus sebesar 190 juta dolar AS.
Kendati demikian, lanjut dia, penguatan mata uang rupiah terhadap dolar AS cenderung tertahan karena faktor global di antaranya, perekonomian Amerika Serikat yang membaik, masih adanya kekhawatiran di Eropa terkait kebijakan yang diambil pemerintahan baru Yunani dalam bidang keuangannya hingga pelonggaran moneter di Singapura.
"Faktor global cukup berpengaruh terhadap laju mata uang rupiah, diperkirakan sentimen dari dalam negeri bersifat jangka pendek," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa data ekonomi Tiongkok yang di bawah prediksi pasar mengkonfirmasi bahwa ekonomi sedang mengalami pelambatan.
"Tiongkok bisa menjadi sentimen negatif bagi mata uang di kawasan Asia termasuk rupiah," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin ini tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp12.700 dibandingkan hari sebelumnya, Jumat (30/1) di posisi Rp12.625 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015