"Laju rupiah masih melanjutkan pergerakan negatifnya. Adanya pelonggaran moneter di Singapura dan India memicu permintaan mata uang safe heaven yakni dolar AS meningkat," kata Kepala Riset Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Senin.
Ia menambahkan bahwa meski bank sentral AS (the Fed) belum memberikan indikasi adanya kenaikan suku bunga dalam waktu dekat, namun perbaikan perekonomian Amerika Serikat membuat laju dolar AS kian meningkat terhadap rupiah.
"Sentimen rupiah tidak banyak perubahan, saat ini diharapkan data inflasi dan neraca perdagangan Indonesia yang akan diumumkan badan pusat statistik (BPS) mencatatkan hasil positif sehingga menopang mata uang domestik," katanya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa mata uang rupiah melemah bersama beberapa mata uang di Asia, akan tetapi potensi penguatan masih terbuka, terlihat "yield" di pasar surat utang negara (SUN) bertenor 10 tahun kembali turun hingga 7,179 persen.
"Siang ini (Senin, 2/2) pasar menunggu data inflasi Januari yang diperkirakan turun. Sementara itu neraca perdagangan Desember diperkirakan surplus tipis. Diharapkan sesuai ekspektasi dan rupiah kembali menguat hari ini," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, penguatan dolar AS yang cenderung mulai mereda di pasar global diharapkan juga mampu mendorong rupiah kembali ke area positif pada awal pekan ini.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015