Sementara indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 3,09 poin (0,34 persen) ke level 908,95.
"IHSG BEI bergerak melemah seiring dengan bursa saham di kawasan Asia yang mayoritas berada di area negatif," kata Kepala Riset Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Senin.
Di sisi lain, lanjut dia, pelaku pasar saham juga sedang mengantisipasi data-data ekonomi domestik yang akan dipublikasikan pada awal pekan ini oleh Badan Pusat Statitistik (BPS). Jika hasil data-data ekonomi Indonesia diluar ekspektasi pelaku pasar maka aksi jual pun akan berlanjut.
"Tetap cermati perubahan yang yang terjadi dan waspadai adanya potensi pelemahan lanjutan jika sentimennya masih negatif," katanya.
Reza Priyambada memprediksi inflasi Januari 2015 berada pada kisaran inflasi 0,92-1,15 persen. Sementara neraca perdagangan Indonesia periode Desember 2014 berpeluang untuk kembali mencatatkan defisit, namun diharapkan tidak lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya.
Sementara itu, Analis Panin Sekuritas Purwoko Sartono mengatakan bahwa berdasarkan konsensus, inflasi Januari sebesar 0,24 persen, lebih rendah dibandingkan dengan Desember yang cukup tinggi, yakni 2,46 persen. Sementara untuk neraca perdagangan Indonesia diprediksi surplus 200 juta dolar AS.
"Mengawali pekan ini, pasar juga fokus terhadap faktor politik, dalam hal ini konflik KPK-Polri sebagai pertimbangan dalam berinvestasi," katanya.
Ia memprediksi bahwa indeks BEI akan bergerak bervariasi dengan kecenderungan menguat di kisaran 5.272-5.306 poin pada awal pekan (Senin, 2/2) ini.
Bursa regional, di antaranya indeks Bursa Hang Seng melemah 137,63 poin (0,56 persen) ke 24.369,42, indeks Bursa Nikkei turun 73,76 poin (0,42 persen) ke 17.600,63, dan Straits Times menguat 20,84 poin (0,59 persen) ke posisi 3.411,51.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015