Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi, Faisal H Basri di Jakarta, Sabtu memperkirakan pertumbuhan industri manufaktur selama tahun 2006 mencapai 4,5 persen, lebih rendah dibandingkan pada 2005.
Meski tak menyebutkan rinci angka pertumbuhan sektor ini pada 2005, Faisal mengatakan, salah satu penyebab penurunan tersebut adalah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) 1 Oktober 2005.
Karena itu, industri manufaktur, kata Faisal, harus ditingkatkan pada tahun mendatang untuk mendongkrak Produk Domestik Bruto (PDB).
"Industri manufaktur menyumbang 28 persen dari nilai PDB. Karena itu semakin tinggi pertumbuhan industri manufaktur, maka PDB akan meningkat," katanya.
Faisal mengatakan, industri manufaktur pada triwulan pertama 2006 mengalami pertumbuhan sebesar dua persen kemudian naik tipis menjadi tiga persen pada triwulan kedua.
"Pada triwulan ketiga naik tipis menjadi sekitar lima persen. Jadi kalau di rata-rata sepanjang tahun 2006 mengalami kenaikan 4,5 persen," katanya.
Sementara itu dihubungi terpisah Peneliti Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Maxensius Tri Sambodo mengatakan pertumbuhan industri manufaktur pada 2006 masih cukup bagus, meski belum sesuai harapan banyak pihak.
"Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini mencapai 5,6 persen. Bila pertumbuhan industri manufaktur pada akhir tahun ini bisa enam persen maka pertumbuhan ekonomi kita akan semakin baik," katanya.
Lambatnya pertumbuhan industri manufaktur, menurut Sambodo, lebih banyak dipengaruhi faktor di luar kondisi ekonomi saat ini.
"Kondisi ekonomi Indonesia berangsur pulih setelah inflasi yang cukup tinggi menjelang akhir tahun 2005. Lambatnya pertumbuhan industri manufaktur sebenarnya diantaranya disebabkan persoalan tenaga kerja dan kepastian hukum di Indonesia," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006