Tbilisi, Georgia (ANTARA News) - NATO, Jumat, berharap membuka pusat pelatihan di Georgia pada akhir tahun ini, menandakan penguatan hubungan dengan bekas Republik Soviet yang cenderung memusuhi Rusia itu.

Pemerintah Georgia telah lama berharap untuk bergabung dengan aliansi militer tersebut. Tetapi Rusia, yang berperang pada 2008 dengan Georgia menyangkut dua wilayah yang didukung Moskow yang memisahkan diri, mengatakan langkah tersebut akan mengancam keamanan.

Kremlin bulan lalu menuduh NATO mengubah bekas negara Soviet yang lain, Ukraina, menjadi garis depan konfrontasi, di tengah-tengah kebuntuan terburuk antara Moskow dan Barat sejak Perang Dingin.

Wakil Sekretaris Jenderal NATO Alexander Vershbow mengatakan, pusat pelatihan baru akan dibentuk sebagai bagian dari paket langkah-langkah meningkatkan kemampuan pertahanan Georgia yang disepakati pada KTT September.

"Kami berharap hal itu dapat beroperasi pada akhir tahun ini," Vershbow mengatakan kepada wartawan di ibu kota Georgia, Tbilisi.

NATO telah setuju pada prinsipnya bahwa Georgia satu hari harus menjadi anggota aliansi. Namun para analis mengatakan proses tersebut telah tertunda oleh keengganan negara-negara anggota untuk lebih memprovokasi Rusia.

Vershbow mengatakan, Georgia bergerak maju di jalan menuju keanggotaan tetapi menolak untuk memberi jadwal.

NATO yang meningkatkan kehadiran militernya di Eropa Timur tahun lalu, mengatakan ia telah memiliki bukti bahwa Rusia mendukung dan mempersenjatai pemberontakan pro-Rusia di Ukraina timur yang diikuti aneksasi Rusia terhadap Semenanjung Crimia Ukraina dan menggulingkan seorang presiden yang didukung Kremlin di Kiev.

Moskow membantah mendukung pemberontakan tersebut. Georgia, satu negara Kaukasus Selatan yang dilintasi jaringan pipa yang membawa minyak dan gas Kaspia dari Azerbaijan ke Eropa, telah mengirimkan pasukannya untuk mendukung misi NATO di Afghanistan.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015