Segala sesuatunya datang dan pergi...Ia (Lampard) menerima kenyataan kemudian mencari horison baru agar dapat mewujudkan cita-citanya sebagai pemain bola profesional

Jakarta (ANTARA News) - Duel antara dua raksasa sepak bola Inggris, Chelsea dengan Manchester City sungguh mengharubiru Frank Lampard sampai-sampai kosa kata "galau" melekat kepada sang legenda The Blues itu.

Tuah untuk Lampard terpapar dalam pepatah Latin klasik "abiece onus, et cape novam vitam" yang artinya buanglah bebanmu dan gapailah hidup baru. Ya, segera singkirkan bayang-bayang memori lawas. Tembang sendunya, kini kau kembali tidak lagi dengan cinta seperti dahulu.

Baik Chelsea maupun City kini sama-sama beradu untuk berebut predikat sebagai kampiun Premier League musim kompetisi 2014/15. Skuat berjuluk The Citizens asuhan pelatih Manuel Pellegrini akan menyambangi Stamford Bridge dalam laga pada Sabtu waktu setempat atau Minggu dini hari WIB.

Lampard diterpa galau bertabur rasa manis-manis masih cinta, meski fans Chelsea siap menyambut dia sebagai "anak yang hilang kini dia telah kembali", meski ia kini membela panji City. Masih ada cinta untuk Frankie, begitu ujaran fans sejati The Blues yang kini dibesut Jose Mourinho.

Dari musim kompetisi 2001/02 hingga 2013/14, Lampard telah menganugerahkan 211 gol dari 648 pertandingan manakala ia masih mengenakan kostum Chelsea. Torehan itu bukan sekedar hitung-hitungan gol demi gol, tetapi begitu membekas di sanubarinya.

Fans Chelsea lekas-lekas menghapus kenangan biru legam ketika pujaan hatinya itu mencetak gol bagi City di Etihad Stadium pada September lalu. Waktu itu, ya waktu itu, membekas dalam kenangan bahwa Lampard menolak berselebrasi layaknya pemain yang telah menjebol gawang lawan.

Ah, dia yang telah pergi, kini kembali kemudian memberi pelajaran getir berupa gol ke gawang tim yang pernah ia puja dan letakkan di lubuk hati.

Ini ujaran romantis fans Chelsea. Mereka langsung teringat dengan ujaran dari pujangga Latin, Tertullianus, "abiiet iam et reverti debet", yang artinya, ia yang sudah lama pergi, toh harus kembali lagi.

Setelah 13 tahun mengasihi Chelsea, nyatanya Lampard kini disita antara cinta dan galau. Ayah Lampard melukiskan terpaan perasaan galau yang dirasakan puteranya, terlebih ketika ia membobol gawang mantan klubnya itu.

"Ia benar-benar menunjukkan ekspresi redup (ketika mencetak gol) ke gawang mantan klubnya itu," kata Frank Snr. sebagaimana dikutip dari laman Daily Mail. "Ekspresi wajahnya benar-benar tersita oleh kenangan masa lampau."

Ia kemudian mereka ulang gol yang diciptakan Lampard. "Dengan satu sentuhan, ia (Lampard) membobol gawang lawan waktu itu," katanya untuk mendeskripsikan naluri seorang pemain bola profesional ketika memiliki kesempatan mencetak gol.

Mengapa Lampard masih saja diterpa galau bercampur cinta? "Gol (ke gawang Chelsea) itu bisa saja dibaca sebagai gol bunuh diri," kata Lampard seraya berkelakar.

"Satu hal yang penting dan utama dalam sepak bola, yakni mencetak gol. Nah, kalau ada suplai bola ke arah anda di depan gawang lawan, maka reaksi pertama, tentu saja serta merta membobol gawang lawan."

Alih-alih berkata benci tapi rindu, dari lubuk hati yang dalam, Lampard ingin memberi hormat kepada mantan fansnya dulu. Kalau duel antara Chelsea dan Manchester City dirayakan sebagai pesta, maka ujaran pemulih kata hati yakni moga-moga tidak ada dusta ketika dihelat pesta di Stamford Bridge nanti.

Lampard dan kawan-kawan menyambangi markas Chelsea, justru ketika Manchester City berada dalam situasi serba krisis. Pasukan asuhan Pellegrini itu belum mencicipi madu manis kemenangan dari tiga laga terakhir di semua ajang.

Setelah melihat hasil mengecewakan tim kesayangannya itu, fans City tanpa menunggu waktu langsung berujar, aku mengampuni engkau (absolvo te). Nah, kata-kata serupa juga bakal dilontarkan kepada Lampard.

Pengampunan datang, ketika Sergio Aguero dan kawan-kawan mencatatkan hasil laga sekali imbang melawan Everton (10/1) dan kekalahan sarat aib 0-2 dari Arsenal (18/1) di Etihad Stadium serta terdepak dari Piala FA justru dari Middlesbrough (24/1).

Ayah Lampard berkisah, bahwa Lampard semasih berusia muda telah menggantungkan cita-cita dapat membela West Ham dan timnas Inggris. Perjalanan waktu tidak jarang mengharubiru mereka yang telah saling berkirim-balas pesan-pesan kasih.

Setakat dengan rajutan kasih, ada sesuatu yang noktah khusus di hati Lampard ketika berhadapan dengan rekan satu timnya, John Terry. Kedua pemain sama-sama dilanda memori semasa masih berlatih bersama. Dulu kedua pemain berseragam sama, kini keduanya berkostum beda.

Chelsea kini tampil menyeramkan bagi lawan-lawannya. Ziarah sampai pekan ke-22 kompetisi Premier League, terhitung baru dua klub, yakni Newcastle dan Tottenham Hotspur, yang mampu membuat tim asuhan The Special One menyudahi laga tanpa mengemas poin satu pun.

Fakta inilah yang membuat fan City ketar-ketir. Kosok balik, tidak sedikit fan Chelsea yang menyayangkan kepindahan Lampard. Mereka berharap agar pemain pujaan hati mereka itu segera hengkang dari skuat Citizens menuju klub anyarnya di Major League Soccer (MLS), Amerika Serikat.

Mengapa Lampard seakan memerankan tokoh Ayub yang senantiasa didera dan dicobai Yang Ilahi. Ucapan klasik pasrah diri yang tercetus dari sosok Ayub, yakni dia yang telah memberi, dia pula yang telah mengambilnya (abstulit qui dedit).

Lampard bukan titisan kutuk Ayub. Frank Snr. berujar, "Ia (Lampard) hengkang dari Chelsea lantaran dia tidak menerima perpanjangan kontrak, dengan begitu ia harus meninggalkan Stamford Bridge. Hal ini lumrah terjadi dalam sepak bola. Segala sesuatunya datang dan pergi. Khususnya berlaku bagi klub-klub besar seperti Chelsea."

"Ia (Lampard) menerima kenyataan kemudian mencari horison baru agar dapat mewujudkan cita-citanya sebagai pemain bola profesional."

Lampard akan meniti perjalanan cintanya bersama klub di Amerika Serikat mulai Maret 2015. "Frank berkata kepada saya mengenai kepindahannya ke New York City. Ia tentu tidak ingin menghapus memori semasa masih berlaga di Premier League dan Liga Champions," kata Franks Snr.

"Saya berulangkali berkata kepada dia, jadilah pesepak bola profesional. Sepak bola adalah pekerjaanmu. Dan sepak bola telah membentuk hidup Frank selama ini. Ia harus terus bekerja lebih keras dalam setiap laga. Tidak ada yang gratis yang sudah tersedia di piring. Perlu kerja keras."

Pesan sarat makna dari ayah Frank Lampard itu seakan mengulang dan menggarisbawahi apa yang telah tertulis dalam pepatah Latin klasik "abyssus abyssum invocat", yang artinya kehancuran yang satu mengundang kehancuran yang lain. Implikasi bagi Frank Lampard yang kini membela City, tampil dan bermainlah layaknya insan profesional.

Sebagai pemain profesional, Lampard mampu beradaptasi dengan cepat bersama kubu Etihad. Bertandang ke markas Chelsea, tentu Lampard perlu membaca kisah dramatis dari buku bacaan bagi anak-anak yang ditulis Charles Dickens.

Tinggalkan masa lampau yang membelenggu, songsonglah harapan baru di masa depan di awal tahun 2015.

Frank Lampard "murid" sejati Dickens, artinya torehan prestasi tidak cukup diiisi dan dirayakan dengan bersorak riang sambil berkata "anda hebat, selamat ya!" Frank Lampard menempati peringkat kelima pencetak gol terbanyak Premier League dengan membukukan 173 gol bersama tiga klub berbeda.

Silakan catat, silakan kunci erat-erat bahwa prestasi konkret kerapkali mengunci dan membasmi ujaran konyol bahwa tanpa uang semua sia-sia (absque argento omnia vana). Uang tidak mampu memberi dan membeli segalanya.

Ada 13 trofi yang dipersembahkan Lampard bagi Chelsea di seluruh ajang kompetisi termasuk di dalamnya satu gelar Liga Championships pada musim 2011/12. Dan Lampard berujar dengan suara lantang "Terimalah! Ambillah! Pakailah!"

Kredo anyar Lampard dengan mengulang ujaran pujangga Cicero bahwa "Accipere quam facere praestat iniuram", yang artinya, lebih baik menderita karena ketidakadilan daripada melakukan ketidakadilan.

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015