Jakarta (ANTARA News) - Ahli teknologi pangan dan gizi dari Pusat Informasi Produk Industri Makanan dan Minuman (PIPIMM) Profesor Made Astawan menjelaskan penggunaan bahan tambahan pangan pada minuman bersoda tidak akan menimbulkan masalah kesehatan asal dilakukan sesuai standar keamanan.
Penggunaan bahan tambahan pangan pada minuman bersoda, ia melanjutkan, aman asal bahan yang digunakan masuk kategori aman dimakan atau food grade, telah diuji keamanannya dan mendapat pengakuan dunia sebagai bahan yang aman dikonsumsi.
Tentang penggunaan karbon dioksida (CO2) pada minuman bersoda, Made Astawan menjelaskan bahwa menurut kajian Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA) level asupan harian yang dapat diterima untuk CO2 tidak ditentukan.
"Artinya tak ada kekhawatiran menambahkan CO2 ke dalam minuman," katanya dalam taklimat media PIPIMM, organisasi nirlaba yang pembentukannya diprakarsai sejumlah kementerian dan lembaga serta asosiasi produsen makanan dan minuman, di kantor Kementerian Perindustrian Jakarta, Jumat.
"Badan POM juga menetapkan CO2 sebagai bahan pengkarbonasi yang diizinkan, jadi tak perlu dikhawatirkan," tambah dia.
Ia menjelaskan minuman berkarbonasi sebenarnya adalah minuman yang terdiri atas 85 persen air dan sisanya komponen lain termasuk CO2 sehingga fungsinya sama dengan air minum lain, untuk hidrasi.
"CO2 adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang berijatan secara kovalen dengan satu atom karbon. Gas tidak berwarna dan tidak berbau. Minuman dibuat dengan memasukkan gas CO2 bertekanan tinggi ke dalam suatu cairan," katanya.
Ia menambahkan bahwa tidak semua CO2 yang ada dalam minuman bersoda masuk ke dalam lambung jika diminum.
Made Astawan juga mengingatkan konsumen agar lebih memperhatikan muatan kalori dalam minuman yang mereka konsumsi.
"Tanpa disadari, banyak minuman non-soda yang per porsinya justru mengandung kalori lebih banyak dibanding satu porsi minuman bersoda," kata dia.
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015