New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia ditutup sedikit lebih tinggi pada Kamis (Jumat pagi WIB), setelah sesi bergejolak yang melihat penurunan harga New York jatuh di bawah 44 dolar AS per barel untuk pertama kalinya sejak Maret 2009.
Sementara pasar tetap khawatir tentang membanjirnya minyak mentah global, kontrak berjangka utama AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, berakhir naik delapan sen menjadi ditutup pada 44,53 dolar AS per barel, setelah jatuh serendah 43,58 dolar AS, lapor AFP dan Xinhua.
Minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Maret, kontrak berjangka utama Eropa, juga mengayun tajam sebelum menetap di 49,13 dolar AS per barel di London, meningkat 66 sen dari tingkat penutupan Rabu.
Ayunan tajam menyusul kerugian keras pada Rabu, yang terjadi karena lonjakan lain dalam persediaan minyak mentah AS.
"Laporan persediaan kemarin terus memicu ketakutan, (karena) persediaan berlebihan di pasar," kata Gene McGillian dari Tradition Energy.
"Kami melihat bahwa kenaikan besar dalam persediaan AS dan rekor baru dalam tingkat produksi."
Menurut Departemen Energi, cadangan minyak mentah AS pekan lalu melonjak ke tingkat tertinggi dalam data mingguan dilacak sejak 1982. Sementara itu, produksi AS naik ke level tertinggi setidaknya sejak 1983.
"Sejak laporan itu, belum ada sesuatu yang baru yang tampak mampu mengubah arah pasar," kata McGillian.
Sedikit "rebound" dalam harga pada Kamis sebagian karena volatilitas pasar mendorong para spekulan untuk mengambil cepat-cepat minyak mentah dengan harga lebih rendah, kata James Williams dari WTRG Economics.
"Satu-satunya secercah harapan dalam laporan persediaan kemarin adalah penurunan tajam dalam stok bensin dan distilat di belakang permintaan yang kuat. Itu mengatakan, ini tidak akan cukup untuk mencegah stok minyak mentah dari pembengkakan lebih jauh," kata Commerzbank dalam sebuah catatan pasar.
Daniel Ang, analis investasi pada Phillip Futures di Singapura, mengatakan lonjakan stok AS datang sebagai "tidak mengejutkan" karena tingkat pemanfaatan kilang di konsumen minyak mentah utama dunia itu telah rendah.
"Namun, apa yang benar-benar mengejutkan adalah bahwa produksi AS masih terus meningkat meskipun harga minyak mentah rendah," kata Ang. "Tanpa penurunan produksi minyak mentah AS, itu akan menjadi perjuangan yang berat untuk minyak bisa bergairah," tambah dia.
Harga minyak telah jatuh sekitar 60 persen sejak Juni di tengah tingginya pasokan, terutama didorong oleh produksi minyak serpih atau shale-oil AS yang kuat, dan permintaan global yang lemah.
Stok minyak mentah AS meningkat 8,9 juta barel menjadi 406,7 juta barel pada pekan lalu, 49,1 juta barel lebih besar dari setahun sebelumnya, menurut data Badan Informasi Energi AS (EIA).
Sementara itu, persediaan di Cushing, Oklahoma, titik pengiriman untuk kontrak, naik dua juta barel menjadi 38,8 juta barel.
Produksi minyak mentah AS meningkat 30.000 barel menjadi 9,213 juta barel pada pekan lalu, tingkat tertinggi sejak 1983.
Data ekonomi AS positif yang dirilis pada Kamis juga memberikan beberapa dukungan terhadap harga minyak.
Dalam pekan yang berakhir 24 Januari, angka pendahuluan untuk klaim awal pengangguran disesuaikan secara musiman ,turun 43.000 menjadi 265.000, mencapai tingkat terendah sejak 15 April 2000, kata Departemen Tenaga Kerja AS, Kamis.
(Uu.A026)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015