Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta agar seni tradisional wayang terus dikembangkan, karena kesenian tersebut lebih bermoral dan bersifat filosofis, sehingga cukup baik untuk menjadi pertujukan alternatif ketimbang tayangan semacam "smack down" dan sejenisnya. "Wayang lebih bermoral dan lebih filosofis, kalau 'smack down' tidak filosofis, tapi main hantam kromo saja," kata Wapres ketika membuka Festival Wayang ASEAN I di Istana Wapres Jakarta, Jumat. Dalam kesempatan itu, Wapres juga menyaksikan penandatanganan Deklarasi Asosiasi Wayang se-ASEAN yang ditandatangani oleh perwakilan dari sembilan negara ASEAN, yakni Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Kamboja, Laos, dan Kamboja. Menurut Wapres, para seniman perwayangan perlu lebih menggali lagi dunia perwayangan, sehingga suatu saat ada wayang berbahasa Batak, wayang Maluku, atau wayang Bugis dan lain-lain. Dengan demikian, wayang dapat pula menjadi alat pemersatu bangsa. "Masak ASEAN bisa dipersatukan dengan wayang, kenapa Indonesia juga tidak bisa dipersatukan dengan wayang," katanya. Wapres mengkritik fokus pengembangan seni perwayangan yang lebih diutamakan ke luar ketimbang pengembangan di dalam negeri. "Ini terbalik, dikembangkan ke luar baru masuk ke dalam negeri yang lebh luas," katanya. Karena itu, ia menyarankan agar seniman perwayangan juga mengembangkan pertunjukan wayang dalam bahasa Indonesia serta bahasa-bahasa daerah, sehingga bisa lebih dipahami oleh warga di daerah. "Dulu waktu pertama kali saya menonton pertunjukan wayang, saya tidak mengerti karena dalam bahasa Jawa. Tapi sekarang wayang sudah banyak yang berbahasa Indonesia," kata Jusuf Kalla yang asli Bugis, Sulawesi Selatan. Akan lebih baik lagi, katanya, jika wayang bisa dikembangkan dalam bahasa-bahasa daerah, karena saat ini penggunaan bahasa daerah terutama oleh generasi muda cenderung terus menurun. Mengenai terbentuknya Asosiasi Wayang se-ASEAN, Wapres mengharapkan lembaga tersebut dapat membantu menumbuhkan semangat membangkitkan kembali kebudayaan tradisional di negara-negara ASEAN. "Bagaimana seni tradisional tidak sekadar menjadi pertunjukan komersial semata, tetapi juga dapat menghibur dengan latar belakang filosifi yang tinggi," katanya. Usai membuka Festival Wayang ASEAN I, Wapres sempat menyaksikan pertunjukan wayang Bali. (*)
Copyright © ANTARA 2006