Pak Jokowi lihatlah suara rakyat ini
Jakarta (ANTARA News) - Puluhan warga sudah berkumpul di halaman depan gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jalan Rasuna Said, Kuningan, sejak Sabtu pagi.
Warga siap melakukan konvoi menggunakan pakaian serba-hitam dan membawa peralatan kebersihan sebagai simbol "pembersihan korupsi".
Rencananya konvoi dari KPK ke Mabes Polri dilakukan siang ini.
Beberapa warga tersebut mengaku bersedia meluangkan waktunya demi membela perjuangan KPK memberantas korupsi di negeri ini.
"Saya kemari untuk memberikan dukungan pada KPK. Adanya KPK kan merupakan bentuk ketidakpercayaan masyarakat pada Kejaksaan dan Polri. Sekarang KPK mau dikriminalisasi," kata Fiharsyah dari Cipulir, Jakarta Selatan yang datang ke KPK sejak pukul 11.00 WIB itu.
Fiharsyah yang merupakan wirausahawan muda itu mengaku prihatin dengan penangkapan Wakil Ketua KPK Budi Wijdojanto, meski tak mengenalnya secara personal.
"Saya baca di media, beliau itu orang baik. Saya terpukul waktu baca berita penangkapannya. Dia ditangkap pas antar anak sekolah, itu kan gila. Saya ini cuma pemuda yang partisipasinya ke negeri ini kecil, tapi kalau saya tak bergerak, siapa lagi yang akan dukung KPK?" katanya.
Senada dengan Fiharsyah, Ubay, salah seorang mahasiswa ISIP mengaku tergerak mengikuti konvoi karena kepeduliannya membela badan yang memerangi korupsi.
"Ini tragedi yang berulang terus di mana KPK coba dilemahkan. Saya tak bisa tinggal diam. Mungkin para perwira di sana sakit hati ketika perwira besar-nya tersandera," kata Ubay.
Sementara itu, warga lain Emirzari dan istri yang datang dari Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, mengatakan kedatangannya ke KPK untuk menyuarakan hati akan kebenaran.
"Saya ini rakyat, di sini saya tak bela BW walaupun saya temennya BW. Tolong sampaikan pesan saya pada para penguasa negeri, bertindaklah sesuai UUD, katakan yang benar adalah benar yang salah adalah salah. Tanya hati nurani. Anak kecil pun tahu mana yang benar. Rakyat sekarang sudah cerdas beda dengan 15 tahun lalu," kata Emirzamri.
Baik Fiharsyah, Ubay, maupun Emirzamri meminta Presiden hadir dalam hal ini.
"Presiden seperti sedang tersandera politik. Dia harusnya berani menyelesaikan ini. Ingat saat kampanye dulu betapa rakyat yang antipati tiba-tiba optimis melihat sosoknya yang diharapkan jadi pembawa perubahan. Tapi ini belum setahun sudah banyak kasus," kata Ubay.
Senada dengan itu, Fiharsyah minta Presiden turun tangan, "Pak Jokowi lihatlah suara rakyat ini," kata Fiharsyah.
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015