Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat sore, bergerak menguat sebesar 19 poin menjadi Rp12.466 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.485 per dolar AS.
Kepala Riset Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Jumat mengatakan bahwa bank sentral Eropa (ECB) yang merilis kebijakan pembelian obligasi sebesar 60 miliar euro per bulan hingga September 2016 menjadi salah satu pendorong mata uang rupiah menguat.
"Sentimen dari kucuran stimulus ECB itu berarti membuat likuiditas bertambah sehingga dana yang akan ditanamkan ke negara-negara yang menghasilkan tingkat imbal hasil besar menjadi tujuan investor," katanya.
Menurut dia, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki pertumbuhan tinggi di tengah perlambatan global. Positifnya ekspektasi ekonomi Indonesia akan membuat imbal hasil investasi meningkat.
Di sisi lain, lanjut dia, aktivitas manufaktur Tiongkok yang mensinyalkan terjaganya momentum pertumbuhan akan berdampak positif bagi Indonesia yang merupakan salah satu mitra dagangan utama.
"Pemerintah cukup optimis, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini sebesar 5,8 persen," katanya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa mata uang rupiah bersama aset berdenominasi rupiah lainnya berpeluang menikmati sentimen positif dari langkah ECB yang mengeluarkan kebijakan program "quantitative easing" (QE) dalam bentuk pembelian obligasi.
Sentimen selanjutnya, ia mengatakan bahwa pasar sedang menanti data manufaktur negara di kawasan Euro serta Amerika Serikat, diharapkan menambah sentimen positif bagi pasar keuangan global.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat (23/1) ini tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp12.444 dibandingkan hari sebelumnya, Kamis (22/1) di posisi Rp12.451 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015