Seoul (ANTARA News) - Kim Si-yoon yang berusia sembilan tahun tidak punya waktu untuk berulah. Dia bangun pukul setengah delapan pagi untuk sekolah, dilanjutkan dengan berjam-jam latihan olah vokal, latihan tari dan les sebelum dapat kembali beristirahat pada tengah malam. Kim adalah anak yang bercita-cita menjadi bintang K-pop.
Ribuan anak Korea bermimpi menyandang nama besar seperti rapper Psy yang populer setelah video "Gangnam Style" menjadi hit global YouTube. Anak-anak itu dijejali jadwal yang padat dengan harapan suatu hari mereka bisa sukses di industri musik.
Seperti dilansir dari Reuters, keinginan mereka juga dipengaruhi oleh para idola musik dari generasi baru yang lebih muda dan cantik. Jajak pendapat para pra remaja baru-baru ini mengungkapkan 21 persen responden ingin menjadi bintang K-pop kelak, pilihan karir yang paling populer.
Kim, murid kelas 3 SD, mengatakan dia sadar bahwa butuh pengorbanan untuk mewujudkan mimpinya.
"Memang berat. Jadi saya mencoba menikmatinya dan saat saya berusaha, saya bisa tampil lebih baik," kata dia menjelang latihan tari meskipun sedang sakit selesma.
Saat berlatih, Kim mengenakan pakaian bermotif wajik dengan legging hitam dilengkapi topi baseball trendi ala K-pop.
Meja Kim didekorasi dengan foto-foto dari boyband dan girlband favoritnya. Sebuah mikrofon disangga di antara pulpen dan pensil, sebuah gitar pink menempel di dinding kamar. Sepasang sepatu hak tinggi hitam dengan corak bunga putih diletakkan di dalam klosetnya.
Ibu Kim setiap hari mengantar Kim ke berbagai tempat di Seoul, perempuan yang bermimpi menjadi penyanyi -namun kandas- bertekad agar ambisinya dapat terwujud oleh sang putri.
"Kompetisi sangat ketat dan banyak anak-anak berbakat," kata Park Sook-hee yang menggelontorkan sekitar 700.000 won (sekitar Rp8 juta) per bulan untuk les olah vokal dan tari Kim.
Kim mempersiapkan diri untuk mengikuti audisi perusahaan manajemen artis terkemuka seperti YG Entertainment atau S.M Entertainment. Kesuksesan akan diikuti oleh jadwal yang padat, mungkin harus membuatnya putus sekolah.
"Dia tahu bahwa dia harus bekerja lebih keras," kata Park.
Sementara itu, Jang Ha-jin berhasil lolos ke program trainign S.M Entertainment yang didambakan banyak orang sejak satu dekade lalu setelah dia memenangi kontes bakat.
Dia terjebak dalam jadwal padat tujuh hari seminggu selama nyaris tiga tahun sebelum akhirnya menyerah dan kembali ke kehidupan normal.
Jang yang kini menjadi mahasiswa jurusan teknik itu ingat dirinya harus menjalani jadwal padat yang meliputi pelajaran bahasa Tiongkok karena banyak band K-pop yang mencoba mengembangkan sayap ke Tiongkok.
Para trainee tidak punya akses ke telepon genggam. Setiap pekan sekitar 40 murid dihadapkan di depan kamera untuk dilihat potensinya dalam menjadi bintang. Jang selalu dibandingkan dengan teman-temannya dan dia berasa tertekan untuk dapat memberi kesan baik pada sang instruktur.
Lebih parahnya, tidak ada jaminan bahwa dia akan dipilih untuk debut sebagai bintang K-pop.
"Bagian paling sulit adalah fakta saat saya melihat diri sendiri dan merasa bahwa saya tidak berkembang," kata Jang (23), mengingat masa-masa remajanya yang penuh rasa stres.
Kesuksesan yang manis
Mereka yang sukses dan berhasil mencapai puncak akan meraih keuntungan dari sanjungan para penggemar dan penonton yang memenuhi stadion. K-pop telah digila-gilai di Asia, terutama Tiongkok dan Jepang. Industri itu juga sedang mengincar penonton baru dari barat.
Hasil pemasukan industri budaya populer Korean Wave di luar negeri, termasuk musik dan drama televisi, nyaris dua kali lipat menjadi 730 juta dolar AS dalam lima tahun terakhir berdasar data Bank of Korea.
Sebagian dari rekan Jang yang meneruskan program kini dapat ditemukan sebagai anggota Girls' Generation, salah satu grup top Korea Selatan. Kesuksesan mereka sepadan dengan pengorbanannya, kata Jang.
"Waktu yang mereka lewatkan berat dan sulit, tapi setimpal," kata dia.
Sowon, salah satu dari enam anggota kelompok GFriend yang debut bulan ini, mengatakan rasa bahagia mengalahkan kelelahannya meskipun dia tidak bisa lagi bertemu dengan keluarga atau bermain dengan teman-temannya.
"Saya hanya memikirkan satu hal -lagu kami selalu diputar," kata gadis berusia 20 tahun yang mengikuti lima tahun training sebelum debut.
"Saya berharap dapat tampil di mana pun, kapan pun meski membuat saya lelah tidak punya waktu untuk tidur."
Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015