Jakarta (ANTARA News) - Direktur Nasional PT Jones Lang LaSalle (JLL) Jakarta Vivin Harsanto mengatakan bahwa sektor properti secara keseluruhan mengalami perlambatan sepanjang tahun 2014, terutama pada triwulan terakhir.
"Sektor yang mengalami perlambatan adalah adalah perkantoran dan retail, baik dari segi pasokan maupun penyerapan," kata Vivin di Jakarta, Rabu.
Hal ini, ia sampaikan dalam Media Briefing PT Jones Lang LaSalle Jakarta "Property Market Review Quarter IV 2014 and Outlook 2015," di Jakarta.
Ia mengatakan, penurunan tersebut diakibatkan antara lain melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan peningkatan suku bunga.
"Hal ini, menyebabkan pelaku pasar properti melakukan sikap "wait and see", namun masih memiliki sentimen yang positif terhadap kondisi perekonomian tersebut," kata Vivin.
Menurut Vivin, diharapkan pada 2015, pasar properti akan lebih baik lagi dengan ditandai oleh sentimen para investor yang masih positif terhadap investasi properti di Indonesia.
"Ini bisa dilihat pada penutupan tahun 2014, para investor asing masih antusias menunjukkan minatnya berinvestasi di sektor properti Indonesia," katanya.
Ia menambahkan, sektor kondominium dan perumahan di Jabodetabek menjadi sektor yang selalu dibidik investor asing, mengingat pasar perumahan di Indonesia yang masih kuat.
"Sektor logistik dan industri juga dilirik sebagai peluang pengembangan yang menarik bagi para pengembang lokal dan investor asing," ujarnya.
PT Jones Lang LaSalle (JLL) merupakan perusahaan jasa profesional dan manajemen investasi yang menawarkan layanan real estate khusus untuk klien dalam hal mencari nilai dan laba dengan memiliki, menduduki, dan investasi di real estate.
Dengan pendapatan biaya tahunan sebesar 4 miliar dolar Amerika, JLL memiliki lebih dari 200 kantor perusahaan yang beroperasi di 75 negara di seluruh dunia.
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015