"Kami ingin mendorong para pelaku bisnis di kedua negara untuk dapat memanfaatkan secara konkret peluang yang terbuka ini, baik di sektor perdagangan maupun investasi dengan optimal," kata Direktur Afrika Kementerian Luar Negeri Lasro Simbolon dalam "Business Roundtable Optimizing Economic Potentials in the Cooperation between Indonesia and Angola" di Jakarta, Kamis.
Acara dihadiri oleh sejumlah pimpinan perusahaan Indonesia antara lain PT. WIKA, PT. Indo Energy, PT. Pupuk Indonesia, PT. Epiterma Mas Indonesia, KADIN Indonesia, dan Asosiasi Pertambangan Indonesia.
Dikatakan, Angola merupakan mitra dagang Indonesia ketiga terbesar di kawasan Afrika Sub-Sahara dan saat ini potensi dan peluang ekonomi Angola sedang meningkat.
Menurutnya, Angola saat ini sangat membutuhkan investasi asing di berbagai sektor untuk mendukung pembangunan dan rekonstruksi negara ini pasca perang saudara. Sektor-sektor tersebut mencakup infrastruktur dan konstruksi, teknologi informasi, penanganan air, dan energi.
"Prioritas Angola saat ini membutuhkan investasi di sektor industri manufaktur untuk mengurangi kebutuhan impor. Pemerintah ngola akan memberikan insentif kepada para investor asing secara adil," katanya.
Duta Besar Indopnesia di Angola Ramli Saud memaparkan potensi, peluang dan tantangan berbisnis di Afrika. Daya tarik Angola antara lain situasi politik yang stabil, kekayaan alam yang melimpah, pendapatan per kapita cukup tinggi 6.300 dolar AS, dan pembangunan infrastruktur yang sedang berkembang.
"Sudah saatnya para pebisnis Indonesia mengubah mind-set mengenai Afrika. Interaksi dan antusiasme antar pebisnis Indonesia dan Angola untuk mengkonkretkan peluang kerjasama di bidang berlangsung serius dan produktif," katanya.
Angola merupakan penghasil minyak terbesar kedua di Afrika Sub-Sahara setelah Nigeria dan sumber impor minyak terbesar kedua Indonesia dari Afrika Sub-Sahara.
Nilai total perdagangan RI-Angola selama lima tahun terakhir (2009-2013) tumbuh rata-rata 49 persen per tahun. Pada tahun 2013, nilai perdagangan bilateral mencapai 376,96 juta dolar AS. Sejauh ini, produk Indonesia yang telah merambah pasar Angola diantaranya berupa produk makanan, termasuk makanan kaleng, minyak goreng, sabun, produk plastik, tekstil dan mebel.
Setiap tahun pada bulan Juni, Angola menyelenggarakan "Trade ExhibitionFeira Internacional de Luanda" (FILDA).
Pada kunjungan Wakil Presiden Angola ke Indonesia bulan Oktober 2014, telah ditandatangani perjanjian kerja sama antara Pertamina dan Sonangol (BUMN energi Angola) yang mencakup kerjasama investasi pembangunan kilang minyak dan proyek kerja sama sektor hulu.
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015