Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, bergerak menguat sebesar 118 poin menjadi Rp12.458 dibandingkan sebelumnya p12.576 per dolar AS.
"Faktor eksternal lebih dominan mempengaruhi laju mata uang rupiah terhadap dolar AS salah satunya dari bank sentral Jepang (BoJ) yang masih mempertahankan pandangannya bahwa ekonomi berada di jalur pemulihan," ujar Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta.
Ia mengemukakan BoJ mempertahankan rencananya untuk menambah stimulus keuangan untuk mencapai target inflasi hingga 2 persen, mendorong mata uang yen menguat terhadap dolar AS. Penguatan yen Jepang cukup berdampak positif pada laju rupiah.
Di sisi lain, lanjut dia, faktor ambil untung setelah dolar AS menguat dalam beberapa hari terakhir menambah dorongan bagi nilai tukar rupiah menguat lebih tinggi pada Rabu ini (21/1).
Kendati demikian, Rully Nova mengatakan penguatan mata uang rupiah diproyeksikan bersifat jangka pendek karena faktor neraca perdagangan dan transaksi berjalan Indonesia yang masih defisit.
"Dalam jangka menengah-panjang pergerakan mata uang rupiah masih dipengaruhi oleh kinerja neraca perdagangan dan transaksi berjalan Indonesia, sepanjang masih mencatatkan defisit maka rupiah akan berada di dalam tren pelemahan," katanya.
Menurut dia, masih defisitnya neraca perdagangan dan transaksi berjalan Indonesia itu dipicu oleh kondisi perekonomian global yang melambat, terutama Tiongkok sehingga mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu (21/1) ini tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp12.557 dibandingkan hari sebelumnya, Selasa (20/1) di posisi Rp12.659 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015