Kalau investasi dari APBN, baik PMDN maupun belanja dioptimalkan, plus belanja pemerintah, disitu kita berupaya target pertumbuhan tercapai."
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan komponen investasi dan belanja pemerintah bisa membantu pemenuhan target pertumbuhan ekonomi pada 2015 sebesar 5,8 persen.
"Kalau investasi dari APBN, baik PMDN maupun belanja dioptimalkan, plus belanja pemerintah, disitu kita berupaya target pertumbuhan tercapai," ujarnya di Jakarta, Selasa.
Bambang menjelaskan pencapaian target pertumbuhan bisa diupayakan, karena pemerintah telah mendapatkan stimulus fiskal untuk mendorong perekonomian, melalui pembangunan berbagai sarana infrastruktur.
Ia optimistis dengan perkiraan tersebut, sehingga asumsi pertumbuhan dalam RAPBN-Perubahan 2015 ditetapkan 5,8 persen, meskipun lembaga multilateral seperti Dana Moneter Internasional (IMF) baru menurunkan proyeksi pertumbuhan global.
IMF baru memangkas tajam proyeksi pertumbuhan global 2015-2016 dari angka proyeksi enam bulan lalu, karena harga minyak yang lebih rendah telah mengimbangi pelemahan ekonomi yang meluas di seluruh dunia.
Menurut IMF, prospek ekonomi yang buruk di Tiongkok, Rusia, kawasan euro dan Jepang, hanya akan mempertahankan pertumbuhan dunia sebesar 3,5 persen pada tahun ini dan tumbuh 3,7 persen pada 2016.
Proyeksi itu 0,3 persen lebih rendah dari angka World Economic Outlook sebelumnya pada Oktober 2014, dan menggarisbawahi kerusakan keadaan ekonomi di banyak negara, karena lambannya investasi, melambatnya perdagangan dan menurunnya harga komoditas.
Namun, IMF memperkirakan Amerika Serikat, sebagai salah satu negara ekonomi terbesar dunia, akan tumbuh sebesar 3,6 persen tahun ini, atau naik setengah persentase poin dari proyeksi sebelumnya.
Sementara, Tiongkok hanya ekspansi 6,8 persen tahun ini, melambat 0,3 persen dari perkiraan sebelumnya, sebelum tumbuh 6,3 persen pada 2016. Terakhir kali pertumbuhan Tiongkok dibawah tujuh persen adalah krisis 1990, ketika melambat pada 3,8 persen.
Pertumbuhan Tiongkok yang lebih lambat ini akan berdampak negatif, khususnya ke negara-negara berkembang Asia lainnya, dan akibatnya ikut terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi di kawasan serta juga prospeknya.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015